Inflammatory Bowel Disease (IBD) dikenal juga sebagai penyakit radang usus kronis yang ditandai dengan peradangan pada saluran cerna. Penyakit ini berpotensi menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Klasifikasi Inflammatory Bowel Disease
Inflammatory Bowel Disease diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu:1
- Kolitis Ulseratif (KU) yang menyebabkan peradangan dan luka di sepanjang lapisan usus besar dan rektum.
- Penyakit Crohn (PC) yang menyebabkan peradangan pada lapisan saluran cerna yang lebih dalam. Kondisi ini paling sering menyerang usus halus, namun juga dapat menyerang usus besar, dan jarang terjadi pada saluran pencernaan bagian atas.

Gambar 1 Perbedaan Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn2
Gejala Umum
Gejala KU dan PC biasanya meliputi nyeri perut, diare, pendarahan rektal, kelelahan ekstrim, dan penurunan berat badan.1
Diagnosis Inflammatory Bowel Disease
Penegakan diagnosis Inflammatory Bowel Disease harus berdasarkan pemeriksaan colonoscopy, disertai dengan pemeriksaan histopatologi dari sampel mukosa usus baik yang normal maupun tidak normal. Berikut adalah perbedaan dari 2 tipe Inflammatory Bowel Disease.
Tabel 1 Perbedaan Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn3,4
| Kolitis Ulseratif | Penyakit Crohn | |
| Klinis | – Diare berdarah – Rasa ingin buang air besar (BAB) terus menerus – Tidak ada malnutrisi, kecuali pada pancolitis berat | – Diare, biasanya tidak berdarah, kecuali ada lesi berat – Nyeri abdomen lebih menonjol – Dapat ditemukan massa abdomen, fistula, atau abses – Lesi perianal – Malnutrisi |
| Endoskopi dan radiologi | – Inflamasi pada lapisan permukaan usus besar yang tersebar merata – Selalu melibatkan rektum – Ulkus dangkal – Pendarahan spontan | – Lesi transmural yang tidak tersebar merata -Terutama menyerang ileum dan kolon kanan, tanpa melibatkan rektum – Gambaran cobblestoneUlkus longitudinalFisura yang dalam |
| Histopatologi | – Inflamasi difus di mukosa atau submukosa – Distorsi kripta | – Inflamasi granulomatosa (non- keseosa) – Fisura atau ulkus aphtosa dapat ditemukan, seringkali inflamasi transmural (dari spesimen operasi) |
| Penanda serologi | Perinuclear Antineurotrophil Cytoplasmic Antibody (p-ANCA) | Anti-Saccharomyces Cerevisiae Antibody (ASCA) |
Prinsip Pengobatan Inflammatory Bowel Disease
Kolitis Ulseratif
Penentuan derajat keparahan atau aktivitas penyakit diperlukan untuk menjadi acuan dalam memilih rejimen pengobatan. Pemeriksaan feses sebaiknya dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi Clostridium difficile. Pengukuran tingkat keparahan dan pemantauan perbaikan KU dapat menggunakan Skor Mayo.
Tabel 2 Skor Mayo untuk Kolitis Ulseratif5
| Mayo Indeks | 0 | 1 | 2 | 3 |
| Frekuensi BAB | Normal | 1-2x/hari lebih dari biasanya | 3-4x/hari lebih dari biasanya | 5x/hari lebih dari biasanya |
| Pendarahan rektal | Tidak ada | Tinja bercampur darah, terjadi <50% waktu BAB | Darah bercampur tinja hampir setiap kali BAB | Darah keluar tanpa disertai BAB |
| Mukosa (endoscopic subscore) | Normal | Penyakit ringan (eritema, pola vaskular berkurang, friabilitas ringan) | Penyakit sedang (eritema jelas, pola vaskular menghilang, friabilitas, erosi) | Penyakit berat (pendarahan spontan, ulserasi) |
| Penilaian dokter | Normal | Ringan | Sedang | Berat |
Interpretasi skor Mayo:
- Nilai maksimum: 12.
- Respon klinis: Penurunan skor Mayo ≥3 poin dan penurunan 30% dari skor awal, disertai penurunan minimal 1 poin pada skala pendarahan rektal atau skor pendarahan 0 atau 1.
- Remisi klinis: Total skor Mayo ≤2 dan tidak ada parameter dengan skor >1.
- Penyembuhan mukosa: Parameter mukosa ≤1.
- Aktivitas penyakit: Ringan 3-5, sedang 6-10, berat 11-12.
Target pengobatan KU adalah untuk mencapai mucosal healing yang didefinisikan sebagai hilangnya tanda-tanda inflamasi pada mukosa kolon (Mayo endoscopic subscore 0 atau 1), mempertahankan kondisi remisi bebas steroid, serta mencegah kekambuhan dan komplikasi.3,5
Terapi KU Aktif Derajat Ringan
Induksi Remisi3,6,7
5-Aminosalicylates (5-ASAs)
Oral 5-ASA merupakan terapi standar untuk KU aktif derajat ringan hingga sedang. Sebelum memulai pengobatan, pemeriksaan fungsi ginjal harus dilakukan, kemudian diulangi setelah 2-3 bulan, dan setiap tahun.
Mesalazine/Mesalamine
- Induksi remisi lebih efektif dengan dosis oral ≥2 g/hari. Dosis 4,8 g/hari lebih efektif dibandingkan 2,4 g/hari, khususnya pada pasien yang pernah terpapar 5-ASA sebelumnya.
- Sebagian besar pasien menunjukkan respons yang baik pada dosis 2-3 g/hari. Dosis yang lebih tinggi dapat digunakan pada gejala yang lebih berat.
- Pemberian dosis sekali sehari terbukti memiliki efektivitas dan profil keamanan yang setara dengan pemberian dalam dosis terbagi.
- Kombinasi dengan 5-ASA topikal dengan dosis minimal 1 g/hari lebih direkomendasikan dibandingkan preparat oral saja.
- 5-ASA topikal tunggal dapat diberikan untuk pasien dengan proctitis.
Sulfasalazine
- Dosis untuk induksi remisi 3-4 g/hari diberikan dalam 3-4 dosis terbagi, dapat dimulai dengan dosis 1-2 g/hari untuk meningkatkan toleransi gastrointestinal. Dosis >4 g/hari akan meningkatkan toksisitas.
- Sulfasalazine merupakan pilihan yang lebih murah, tetapi berisiko menurunkan penyerapan asam folat, sehingga diperlukan suplementasi 1-5 mg/hari.
- Sulfasalazine topikal 0,5-1 g 2 kali sehari dapat digunakan sebagai tambahan terapi oral.
- Penggunaan Sulfasalazine topikal tunggal ditujukan untuk KU yang berdampak pada rektum, diberikan dosis 1 g 2 kali sehari pada pagi dan malam sebelum tidur setelah pasien BAB.
Kortikosteroid Sistemik
- Prednisolone (kortikosteroid sistemik) lebih efektif dibandingkan 5-ASA dalam induksi remisi, namun memiliki efek samping serius, seperti gangguan hormonal dan imun, osteoporosis, gangguan suasana hati.
- Kortikosteroid digunakan jika respons tidak tercapai dengan 5-ASA dalam 2-4 minggu.
- Beclomethasone dipropionate dan Budesonide multimatrix (MMX) 9 mg merupakan pilihan kortikosteroid dengan efek sistemik yang rendah. Sebagai alternatif yang tersedia di Indonesia, dapat digunakan sediaan Budesonide 3 mg (Budenofalk®).
Pemeliharaan Remisi
- Pemeliharaan remisi menggunakan 5-ASA oral dengan dosis minimal 2 g/hari, khusus untuk proktitis dapat menggunakan 5-ASA topikal 1 g/hari.
- Penggunaan kortikosteroid sistemik tidak direkomendasikan.
Terapi KU Aktif Derajat Sedang-Berat
Induksi Remisi
Kortikosteroid Sistemik6
- Prednisolone 40 mg/hari selama 1-2 minggu, diikuti dengan penurunan dosis 5 mg/minggu sampai tanpa obat. Dosis di atas 40-60 mg tidak memberikan benefit tambahan dan justru akan meningkatkan efek samping. Berdasarkan Konsensus Nasional (2022), durasi tappering off tidak melebihi 3 bulan.
- Pemberian Prednisolone dikombinasi dengan 5-ASA.
- Kortikosteroid sistemik tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang.
- Suplementasi Calcium dan Vitamin D direkomendasikan sebagai proteksi tulang.
Terapi Mutakhir (Obat Biologis dan Obat Molekul Kecil)
Terapi ini diberikan jika tidak ada respons yang memadai dari kortikosteroid oral dalam waktu 2 minggu, jika penurunan dosis tidak berhasil, atau untuk menghindari pemberian kortikosteroid berulang.
Infliximab
Infliximab direkomendasikan untuk induksi dan perawatan remisi pada pasien dengan KU sedang hingga berat. Dosis terapi induksi: 5 mg/kg BB IV pada minggu ke-0, 2, dan 6. Untuk dosis perawatan: 5 mg/kg tiap 8 minggu dimulai pada minggu ke-14. Dosis 10 mg/kg dipertimbangkan pada kasus penyakit parah atau ketika dosis 5 mg/kg tidak efektif, dengan pemantauan kadar obat.6
Obat lain seperti Vedolizumab, Golimumab, Ustekinumab, Ozanimod, Etrasimod (kecuali Adalimumab) juga dapat digunakan, tetapi belum tersedia di Indonesia.
Immunomodulator
Immumodulator dapat digunakan sebagai terapi kombinasi untuk mengurangi imunogenisitas dari anti-TNF-α (Infliximbab).
Analog Purin (Azathioprine dan Mercaptopurine)
Memiliki onset kerja yang lambat dan membutuhkan agen bridging (biasanya kortikosteroid), sehingga tidak disarankan sebagai terapi tunggal. Analog purin merupakan pilihan untuk mengurangi imunogenisitas dari Infliximab.
Methotrexate
Tidak direkomendasikan sebagai terapi induksi maupun pemeliharaan karena tidak menunjukkan manfaat yang lebih baik dibandingkan plasebo. Pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap analog purin dapat menggunakan Methotrexate sebagai kombinasi dengan Infliximab.
JAK Inhibitors
Janus Kinase (JAK) Inhibitors, seperti Tofacitinib dan Upadacitinib juga dapat digunakan untuk terapi induksi dan pemeliharaan. Namun, belum tersedia di Indonesia.
Pemeliharaan Remisi
- Pemberian 5-ASA tidak direkomendasikan pada pasien KU yang sebelumnya tidak berespons dengan 5-ASA, namun mencapai remisi dengan agen biologik.
- Thiopurin bisa digunakan terapi pemeliharaan remisi pada pasien KU derajat sedang-berat yang sebelumnya mendapatkan kortikosteroid sistemik sebagai terapi induksi remisi. Sementara itu, pada pasien yang mencapai remisi dengan agen biologik, direkomendasikan untuk tetap melanjutkan rejimen terapi tersebut sebagai pemeliharaan remisi.
Terapi KU Aktif Derajat Berat di Rumah Sakit
Acute Severe Ulcerative Colitis (ASUC) didefinisikan sebagai kondisi diare ≥6 kali sehari dan disertai minimal 1 gejala sistemik, seperti:6
- Takikardia (denyut nadi rata-rata >90x/menit)
- Demam (suhu >37,8°C)
- Anemia (hemoglobin <10,5 g/dl), atau
- Peningkatan marker inflamasi (laju endap darah >30 mm/jam).
Induksi Remisi3,6
- Pemberian kortikosteroid intravena (IV) dosis tinggi, seperti Methylprednisolone 30 mg tiap 12 jam atau Hydrocortisone 100 mg tiap 6 jam.
- Methylprednisolone memiliki efek mineralocorticoid yang lebih kecil dibandingkan Hydrocortisone sehingga efek hipokalemia lebih kecil.
- Kortikosteroid IV diberikan selama 5-7 hari, lalu diganti dengan kortikosteroid oral. Terapi IV lebih dari 7-10 hari tidak memberikan manfaat, justru meningkatkan efek samping.Pasien yang menunjukkan respons terhadap kortikosteroid harus beralih ke terapi pemeliharaan menggunakan analog purin atau terapi lanjutan lain yang sesuai.
- Tappering off kortikosteroid menggunakan Prednisone oral dengan dosis 40-60 mg/hari umumnya dilakukan selama 1-2 minggu, kemudian diturunkan bertahap 5 mg/minggu hingga mencapai dosis 20 mg/hari. Selanjutnya, penurunan dosis bertahap 2,5-5 mg/minggu, proses tappering off tidak melebihi 3 bulan.
Refractory ASUC6
- Pasien dengan ASUC yang tidak menunjukkan respons setelah minimal 3 hari pemberian kortikosteroid IV (berdasarkan penilaian sistem skoring) harus diberikan rescue therapy.
- Rescue therapy dapat menggunakan Infliximab atau Cyclosporine. JAK Inhibitors juga bisa menjadi pilihan setelah mempertimbangkan benefit dan risiko.
- Prosedur operasi diperlukan untuk pasien dengan ASUC yang tidak memberikan respons dalam 7 hari dengan rescue therapy, atau pasien mengalami komplikasi, seperti toxic megacolon, pendarahan berat, atau perforasi.
Terapi Tambahan
- Pemberian terapi profilaksis deep vein thrombosis (DVT) diperlukan pada pasien ASUC. Low-molecular-weight-heparin (LMWH) lebih direkomendasikan karena tidak berhubungan dengan peningkatan risiko pendarahan masif. Adanya pendarahan rektal bukan merupakan kontraindikasi untuk pemberian LMWH. Dosis yang disarankan adalah:
- Enoxaparin 40 mg/hari
- Fondaparinux 2,5 mg/hari, atau
- Low dose unfractionated heparin 5000 unit, 2-3 kali sehari.
- Pemberian Vancomycin lebih direkomendasikan dibandingkan Metronidazole pada ASUC yang disertai dengan infeksi Clostridium difficile.
- Pemberian Probiotik tidak direkomendasikan.
- Pembedahan diindikasikan pada pasien ASUC yang tidak membaik setelah diberikan terapi farmakologi selama 3-5 hari, serta pasien dengan komplikasi, seperti toxic megacolon, perforasi, dan pendarahan berat yang refrakter.
Penyakit Crohn
PC adalah penyakit inflamasi kronik saluran cerna yang ditandai dengan inflamasi mukosa usus yang bersifat segmental (diskontinu) dengan area mukosa normal di antara bagian yang mengalami inflamasi. Penyakit ini dapat melibatkan seluruh bagian saluran cerna, mulai dari mulut hingga anus. Pemeriksaan feses untuk menyingkirkan Clostridioides difficile harus dilakukan sebagai evaluasi diagnostik.
Tabel 3 Crohn’s Disease Activity Index (CDAI)
| Variabel | Deskripsi | Skor | Faktor Pengali |
| Jumlah feses cair | Jumlah dalam 7 hari | 2 | |
| Nyeri abdomen | Jumlah dalam 7 hari | 0: tidak ada, 1: ringan, 2: sedang, 3: berat | 5 |
| Keadaan umum | Jumlah dalam 7 hari | 0: sangat baik, 1: cukup baik (sedikit di bawah normal), 2: kurang baik, 3: buruk, 4: sangat buruk | 7 |
| Komplikasi ekstraintestinal | Jumlah jenis komplikasi yang ada | Artritis, artralgia, iritis, uveitis, eritema nodosum, pioderma, gangrenosum, stomatitis aftosa, fisura/fistula/abses ani, demam >37,8°C | 20 |
| Obat antidiare | Penggunaan dalam 7 hari terakhir | 0: tidak, 1: ya | 30 |
| Massa abdomen | 0: tidak ada, 2: meragukan, 5: definitif | 10 | |
| Selisih hematokrit | Nilai yang diharapkan dikurangi dengan nilai pada pemeriksaan | Laki-laki: 47%-hasil pemeriksaan. Perempuan: 42%-hasil pemeriksaan | 6 |
| Berat badan (BB) | Persentase deviasi dari BB ideal* | 100 x | 1 |
*BB ideal= tinggi badan (m)2 x 25,5 (laki-laki); tinggi badan (m)2 x 22,5 (perempuan).
Interpretasi:
Remisi klinis: skor CDAI <150
Respons: penurunan skor CDAI >70 atau >100
Penyakit Crohn: derajat ringan-sedang (skor 150-219); derajat sedang-berat (skor 220-450); derajat berat (skor >450).
Target Pengobatan
Untuk mencapai mucosal healing yang didefinisikan sebagai hilangnya inflamasi dan ulserasi yang ditentukan dengan endoskopi. Pengobatan juga bertujuan untuk mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Target pengobatan secara umum adalah tercapainya deep remission yaitu remisi klinis dan remisi endoskopik.
Penyakit Crohn Derajat Ringan Hingga Sedang
Terapi Induksi
Konsensus Nasional (2022) merekomendasikan penggunaan Sulfasalazine untuk pengobatan PC yang berlokasi di usus besar, sedangkan jika berlokasi di ileum terminal, sekum, dan kolon asenden direkomendasikan menggunakan Budesonide atau kortikosteroid sistemik jika tidak tersedia. Namun, rekomendasi berbeda diberikan oleh Moran, et al. (2025) yang tidak menyarankan penggunaan 5-ASA sebagai terapi induksi remisi maupun pemeliharaan pada PC.
Terapi Pemeliharaan
Kortikosteroid tidak direkomendasikan sebagai terapi pemeliharaan.
Penyakit Crohn Derajat Sedang Hingga Berat
Terapi Induksi
- Tidak direkomendasikan penggunaan 5-ASA.
- Kortikosteroid oral jangka pendek (1-2 minggu), Prednisone 40-60 mg/hari atau steroid dengan dosis yang lebih tinggi, seperti Prednisolone 1 mg/kg dapat diberikan untuk mengatasi gejala.3 Berdasarkan Moran, et al (2025) kortikosteroid dapat digunakan tidak lebih dari 8 minggu. Terapi ini sering digunakan, namun semakin banyak bukti yang mendukung penggunaan terapi mutakhir sejak dini.
- Pemberian terapi mutakhir (obat biologis dan obat molekul kecil), yaitu Infliximab harus dikombinasi dengan analog purin (Azathioprine atau Mercaptopurine).
- Dosis Infliximab 5 mg/kg IV pada minggu ke-0, 2, dan 6. Dosis Azathioprine 50 mg 1 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 2,5 mg/kg/hari selama ≥12 minggu sesuai indikasi dan toleransi pasien.7 Mercaptopurine belum tersedia di Indonesia.
- Terapi mutakhir (Adalimumab, Ustekinumab, Risankizumab, kecuali Vedolizumab) dan JAK Inhibitor (Upadacitinib) juga dapat digunakan, khususnya pada pasien yang gagal dengan terapi sebelumnya. Namun, obat belum tersedia di Indonesia.
- Pada keadaan PC derajat berat/fulminan, direkomendasikan pemberian kortikosteroid IV dengan Methylprednisolone dosis total 40-60 mg/hari. Kortikosteroid IV diberikan selama maksimal 5 hari, selanjutnya beralih ke rescue therapy dengan agen biologik, bersamaan dengan tappering off pemberian steroid.3
Terapi Pemeliharaan
- Terapi pemeliharan dengan terapi mutakhir direkomendasikan untuk mempertahankan remisi pada pasien PC sedang hingga berat.
- Dosis Infliximab 5 mg/kg IV tiap 8 minggu dimulai pada minggu ke-14, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg/kg setiap 8 minggu pada pasien yang merespons tetapi kemudian kehilangan responnya. Jika tidak ada respons pada minggu ke-14, pertimbangkan untuk menghentikan terapi.
- Dosis Azathioprine 50 mg 1 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 2,5 mg/kg/hari selama ≥12 minggu sesuai indikasi dan toleransi pasien. Durasi pengobatan biasanya ≥1 hingga 2 tahun.
- Penghentian terapi bahkan ketika pasien stabil dalam jangka lama, dikaitkan dengan peningkatan risiko kekambuhan yang signifikan (sekitar 1 dari 3 pasien dalam 1 hingga 2 tahun pertama)
- Kortikosteroid tidak direkomendasikan sebagai terapi pemeliharaan.
Terapi Tambahan
- Antibiotik tidak direkomendasikan untuk terapi induksi atau pemeliharaan pada pasien PC sedang hingga berat.
- Probiotik tidak direkomendasikan untuk induksi dan pemeliharaan pada pasien PC terkait belum ada bukti yang kuat terkait efektivitas penggunaan.
Evaluasi Pengobatan
Pengobatan PC dievaluasi secara klinis dan biokimiawi ditentukan dalam 12 minggu, sedangkan evaluasi endoskopi dilakukan dalam 3-6 bulan setelah terapi awal. Evaluasi endoskopi ulang dipertimbangkan pada kasus kekambuhan, aktivitas penyakit yang persisten, adanya gejala baru yang tidak dapat dijelaskan, dan sebelum penggantian rejimen terapi.
Baca juga artikel tentang Tatalaksanan Serangan Jantung Ringan NSTEMI https://rkzsurabaya.com/2021/08/30/serangan-jantung-nstemi/
Referensi
1. Mayo Clinic. Inflammatory Bowel Disease (IBD). Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/inflammatory-bowel-disease/symptoms-causes/syc-20353315 (2024).
2. Amodeo, G., Frachi, S. & Galimberti, G. The Prokineticin System in Inflammatory Bowel Diseases: A Clinical and Preclinical Overview. Research Gate (2023).
3. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Konsensus Nasional Penatalaksanaan Inflammatory Bowel Disease (IBD) di Indonesia (Revisi 2022). (PIP INTERNA, 2022).
4. MSD Manual. Differentiating Crohn Disease and Ulcerative Colitis. Merck & Co., Inc. https://www.msdmanuals.com/professional/multimedia/table/differentiating-crohn-disease-and-ulcerative-colitis (2025).
5. Lamb, C. A., Kennedy, N., Raine, T., Hendy, P. A. & Smith, P. British Society of Gastroenterology consensus guidelines on the management of inflammatory bowel disease in adults. Gut 68, (2019).
6. Moran, G. W., Gordon, M., Sinopolou, V. & Radford, S. J. British Society of Gastroenterology Guidelines on Inflammatory Bowel Disease in Adults: 2025. Gut 74, (2025).
7. Wolters Kluwer. UpToDate Lexidrug. (2025).