Rabies juga dikenal dengan penyakit anjing gila. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menular dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan penular rabies dan menyebabkan infeksi akut pada susunan saraf pusat. Rabies bersifat fatal baik pada hewan maupun manusia, hampir seluruh pasien yang mengalami gejala klinis rabies (encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian. Hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan rabies, namun penyakit ini dapat dicegah melalui penanganan dini.1
Rabies disebabkan oleh virus dari family Rhabdoviridae. Virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet, pengaruh keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak seperti ether dan kloroform, dan air sabun. Oleh karena itu, sangat penting melakukan pencucian luka menggunakan sabun selama 15 menit sesegera mungkin setelah gigitan untuk membunuh virus rabies di sekitar luka gigitan.1
Virus rabies menular melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus rabies tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh. Di Indonesia, hewan yang menjadi sumber penularan rabies adalah anjing (sumber penularan utama), kucing, dan kera.1
Masa inkubasi penyakit rabies umumnya 3 – 8 minggu (dapat bervariasi antara 2 minggu – 2 tahun). Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:1
Virus masuk melalui luka gigitan/ cakaran atau jilatan pada kulit terbuka lalu menetap dan memperbanyak diri selama 2 minggu di sekitar luka. Kemudian virus akan berjalan menuju susunan saraf pusat melalui saraf perifer tanpa menimbulkan gejala klinis. Setelah mencapai otak, virus akan memperbanyak diri secara cepat dan menyebar luas terutama sel-sel saraf otak serta jaringan dan organ seperti kelenjar ludah, kornea, dan ginjal.1
Gambar 1. Perjalanan Infeksi Virus Rabies7
Gejala klinis rabies pada manusia akan timbul setelah virus mencapai susunan sistem saraf pusat dan menginfeksi seluruh saraf. Gejala muncul secara bertahap, diawali dengan tahap Prodromal hingga berakhir dengan kematian otot jantung dan pernapasan (Tabel 1). Gejala rabies pada hewan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Tahap munculnya gejala rabies pada manusia.
Tahap | Gejala |
Prodromal | Demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, dan nyeri. |
Sensoris | Rasa kesemutan atau rasa panas di lokasi gigitan, cemas, dan reaksi berlebih terhadap rangsang sensorik. |
Eksitasi | Penderita tampak bingung, gelisah, mengalami halusinasi, tampak ketakutan disertai perubahan perilaku menjadi agresif, adanya fobia (hidrofobia, aerofobia, fotofobia). Hidrofobia (takut air) merupakan gejala khas penyakit rabies karena tidak ditemukan pada penderita penyakit encephalitis lainnya. Gejala lainnya yaitu kejang otot, produksi air mata berlebihan (hiperlakrimasi), produksi air liur berlebihan (hipersalivasi), produksi keringat berlebihan (hiperhidrosis), dan pupil melebar. Setelah beberapa hari, pasien meninggal karena henti jantung dan pernapasan. |
Paralisis | Merupakan bentuk lain kasus rabies dan mencapai 30% dari seluruh kasus rabies. Bentuk ini ditandai dengan paralisis otot secara bertahap dimulai dari bagian bekas luka gigitan/cakaran. Penurunan kesadaran berkembang perlahan dan akhirnya meninggal karena paralisis otot pernapasan dan jantung. |
Tabel 2. Tahap munculnya gejala rabies pada hewan
Tahap | Gejala |
Prodromal | Hewan mengalami perubahan perilaku, seperti: tidak mengenal tuannya, sering menghindar dan mengabaikan perintah tuannya, mudah terkejut, dan cepat berontak bila ada provokasi. |
Eksitasi | Hewan mulai mengalami fotofobi sehingga akan bersembunyi di kolong tempat tidur, di bawah meja atau kursi. Anjing terlihat gelisah, adanya gerakan halusinasi dimana anjing bersikap seolah-olah akan mencaplok serangga yang terbang di udara, sering mengunyah benda di sekitarnya yang tidak wajar (contoh: lidi, kawat, kerikil, jeruji kandang, dll.) Perilaku anjing akan semakin sensitif, beringas, dan akan menyerang semua obyek yang bergerak. Pada tahap ini mulai terjadi paralisis otot laring dan faring sehingga suara berubah menjadi parau, hipersalivasi, air liur berbuih, dan frekuensi nafas berubah cepat. |
Paralisis | Gejala berlangsung sangat singkat, berupa kelumpuhan otot pengunyah sehingga rahang tampak menggantung, serta terjadi paralisis kaki belakang sehingga saat jalan kaki belakang diseret. |
Pencegahan rabies dapat dilakukan sebelum dan setelah paparan hewan rabies.
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk pencegahan direkomendasikan bagi orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi rabies, seperti:3
Jadwal pemberian Vaksin Anti Rabies sebelum paparan:
Tabel 3. Modifikasi jadwal pemberian VAR sebelum paparan berdasarkan kategori risiko3
Kategori risiko | Tipe populasi | Dosis primer | Dosis booster |
1 | Orang yang menangani virus rabies hidup di fasilitas penelitian/ produksi vaksin atau melakukan pengujian rabies di laboratorium diagnostik | VAR diberikan sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7 | Cek titer antibodi tiap 6 bulan; VAR diberikan jika titer antibodi <0,5 unit/ml |
2 | Orang yang sering bersentuhan dengan kelelawar atau masuk ke lingkungan/ habitat kelelawar | VAR diberikan sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7 | Cek titer antibodi tiap 2 tahun; VAR diberikan jika titer antibodi <0,5 unit/ml |
3 | Orang yang sering kontak dengan hewan, contoh: dokter hewan, teknisi atau petugas kontrol hewan, ahli biologi yang menangani satwa liar, penjelajah gua, atau pelancong di daerah endemik rabies | VAR diberikan sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7 | Cek titer antibodi dalam 1-3 tahun setelah pemberian dosis primer; VAR diberikan jika titer antibodi <0,5 unit/ml |
4 | Sama seperti kategori 3, namun durasi risiko ≤3 tahun. Contoh: sukarelawan yang menangani hewan dalam jangka pendek atau pelancong yang jarang melakukan perjalanan berisiko tinggi >3 tahun setelah menerima VAR sebelum paparan | VAR diberikan sebanyak 2 dosis, yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-7 | Tidak diperlukan |
5 | Orang yang berisiko rendah terpapar virus rabies | Tidak diperlukan | Tidak diperlukan |
Pencegahan dilakukan dengan memberikan tatalaksana luka gigitan hewan penular rabies, sebagai berikut:1
Pencucian luka menggunakan sabun harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan (jilatan, cakaran, atau gigitan) hewan penular rabies untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka gigitan. Pencucian dilakukan sesegera mungkin dengan sabun di selama kurang lebih 15 menit. Setelah pencucian luka, penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit.
Setelah dilakukan pencucian luka sebaiknya diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan diantaranya Povidone Iodine atau Alkohol 70%.
VAR diberikan untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies sehingga diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralkan virus rabies. Namun, pemberian VAR tidak akan memberikan manfaat lagi bila virus rabies telah mencapai susunan sistem saraf pusat.
Jenis VAR terdiri dari 2, yaitu:
Dalam pemberian VAR lengkap harus menggunakan satu jenis VAR (PVRV saja atau PCECV saja) dan tidak direkomendasikan memberikan VAR dengan jenis yang berbeda atau mengkombinasikan kedua jenis VAR. VAR diberikan secara intramuskular (IM) di daerah lengan atas untuk dewasa dan di daerah anterolateral paha untuk untuk anak-anak usia <1 tahun.
Immunoglobulin rabies diindikasikan untuk luka risiko tinggi atau luka kategori III (Tabel 4) yang disebabkan oleh hewan yang terindikasi tinggi rabies. Immunoglobulin rabies diberikan 1 kali segera sesudah paparan dan bersamaan dengan pemberian VAR dosis pertama (maksimum pada hari ke-7 dari pemberian VAR dosis pertama). Tujuan pemberian Immunoglobulin rabies adalah untuk memberikan kekebalan pasif dalam 7 hari pertama di mana pada masa itu imunitas terhadap virus rabies belum terbentuk.
Bila memungkinkan, pemberian Immunoglobulin rabies adalah dengan infiltrasi pada area luka dan sekitar luka sebanyak mungkin, lalu sisanya diberikan secara IM di daerah lengan atas. Immunoglobulin rabies dan VAR tidak boleh disuntikkan pada lokasi penyuntikan yang sama, sehingga dapat diberikan pada sisi tubuh yang berlawanan.
Tabel 4. Kategori pajanan dan rekomendasi tatalaksana berdasarkan pedoman WHO4
Kategori pajanan | Jenis pajanan | Rekomendasi Tatalaksana |
I | Menyentuh/ memberi makan hewan, jilatan hewan pada kulit utuh. | Lakukan pencucian area yang kontak. Pemberian VAR tidak diperlukan. |
II | Gigitan kecil/ goresan kecil/ lecet tanpa pendarahan. | Pasien imunokompromais/ sistem imun lemah: Lakukan pencucian luka. Segera berikan VAR dan imunoglobulin rabies. Pasien belum pernah menerima VAR atau menerima VAR lengkap >3 bulan terakhir: Lakukan pencucian luka. Segera berikan VAR. Pasien menerima VAR lengkap <3 bulan terakhir: Lakukan pencucian area luka. Pemberian VAR tidak diperlukan. |
III | Luka transdermal akibat gigitan atau cakaran yang menyebabkan pendarahan, jilatan pada kulit yang luka/rusak, kontaminasi selaput lendir dengan air liur (jilatan) hewan, paparan kelelawar. | Pasien belum pernah mendapat VAR, imunokompromais/ sistem imun lemah, atau termasuk kategori risiko tinggi*: Lakukan pencucian luka. Segera berikan VAR dan imunoglobulin rabies. Pasien menerima VAR lengkap >3 bulan terakhir dan tidak termasuk kategori risiko tinggi: Lakukan pencucian luka. Segera berikan VAR. Pasien menerima VAR lengkap <3 bulan terakhir: Lakukan pencucian luka. Pemberian VAR tidak diperlukan. |
*Risiko tinggi antara lain terdapat beberapa gigitan, luka gigitan dalam, gigitan pada kepala, leher, wajah, tangan, dan alat kelamin, atau hewan diduga kuat atau terbukti terinfeksi rabies.
Jadwal pemberian Vaksin Anti Rabies setelah paparan:
Terdapat beberapa variasi aturan jadwal pemberian vaksin anti rabies (Tabel 5). Dokter dapat merekomendasikan salah satu jadwal sesuai dengan penilaian kondisi luka serta riwayat pemberian VAR sebelumnya.
Tabel 5. Jadwal pemberian VAR setelah paparan
Jadwal vaksinasi | Hari ke-0 | Hari ke-3 | Hari ke-7 | Hari ke-14 | Hari ke-21 | Hari ke-28 |
Jadwal pemberian VAR regimen 4 dosis1,6 | 2 dosis* | – | 1 dosis | – | 1 dosis | – |
Jadwal pemberian VAR regimen 5 dosis6 | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | – | 1 dosis |
Jadwal pemberian VAR berdasarkan rekomendasi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk pasien imunokompeten5 | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | – | – |
Jadwal pemberian VAR berdasarkan rekomendasi CDC untuk pasien imunokompromais5 | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | 1 dosis | – | 1 dosis |
Pemberian VAR untuk pencegahan Rabies pasca paparan bagi individu yang sebelumnya mendapatkan VAR lengkap1,5 | 1 dosis | 1 dosis | – | – | – | – |
*Pemberian VAR secara intramuskular (IM) di daerah lengan bagian atas kanan dan kiri untuk dewasa dan di daerah anterolateral paha kanan dan kiri untuk untuk anak-anak usia <1 tahun.
Perhatian khusus
Informasi lebih lanjut seputar vaksinasi rabies & vaksinasi lainnya bisa Anda dapatkan melalui Layanan Pondok Sehat RKZ Surabaya.
Pustaka