Chronotherapy mengacu pada penggunaan ritme biologis tubuh dalam pemberian terapi obat. Setiap jaringan dan organ tubuh manusia memiliki ritme biologis untuk menjalankan fungsinya agar selaras dengan kondisi lingkungan. Pharmacon kali ini akan membahas tentang strategi pemberian obat sesuai ritme biologis khususnya ritme sirkadian untuk mengoptimalkan terapi penyakit atau kondisi klinis yang dipengaruhi oleh ritme biologis tubuh.
Ritme sirkadian merupakan siklus perubahan proses fisik, biokimia, dan perilaku suatu organisme yang terjadi secara berulang setiap 24 jam. Ritme sirkadian berperan mengendalikan berbagai proses, seperti: pola tidur, pelepasan hormon, metabolisme sel, sistem kekebalan, regulasi suhu tubuh dan tekanan darah. Salah satu contoh fungsi tubuh yang berkaitan dengan ritme sirkadian adalah sekresi hormon melatonin oleh kelenjar pineal. Hormon yang bertugas mengatur pola tidur ini akan meningkat pada malam hari, sehingga menimbulkan rasa kantuk. Struktur ritme sirkadian yang menggambarkan waktu puncak berbagai proses dan fungsi tubuh dapat dilihat pada Gambar 1.1,2,3
Ritme sirkadian terbentuk dari sinyal lingkungan seperti kondisi gelap-terang, asupan makanan, aktivitas fisik, lingkungan sosial, dan suhu. Sinyal lingkungan ini diterima dan diproses oleh Suprachiasmatic Nucleus (SCN) di hipotalamus. Selanjutnya, SCN sebagai pusat pengaturan ritme sirkadian akan meneruskan sinyal ke bagian otak lain melalui pelepasan neurotransmitter dan neuropeptide; serta ke jaringan perifer melalui sekresi hormonal dan sistem saraf. Selain itu, SCN juga mengendalikan sistem saraf otonom untuk mengatur jam sirkadian organ jantung, ginjal, pankreas, paru-paru, usus, dan kelenjar tiroid sehingga jam biologis dan fungsi organ selaras dengan kondisi lingkungan. Ritme sirkadian setiap orang dapat berbeda-beda karena dipengaruhi usia, jadwal bekerja, stress, dan gaya hidup.1,2,3
Studi epidemiologi dan uji klinis menunjukkan terdapat keterkaitan antara pola penyakit dengan jam biologis tubuh seperti yang tertera pada Gambar 2 dan Tabel 1.
Tabel 1. Manifestasi penyakit yang dipengaruhi oleh ritme sirkadian1,4,5
Penyakit | Pengaruh ritme sirkadian |
Asma | Eksaserbasi terjadi saat tidur malam atau dini hari |
Rhinitis alergi | Gejala memburuk di pagi hari atau saat bangun tidur |
Rheumatoid arthritis | Gejala kaku pada sendi umumnya timbul pada pagi hari |
Osteoarthritis | Nyeri semakin memburuk pada siang hingga sore hari |
Tukak lambung | Gejala memburuk pada malam atau dini hari karena peningkatan sekresi asam lambung di malam hari |
Hiperkolesterolemia | Biosintesis kolesterol meningkat pada malam hari |
Angina pektoris | Nyeri dada dan perubahan ECG umumnya terjadi pada pagi hari |
Infark Miokard | Risiko kejadian meningkat pada pagi hari |
Stroke | Risiko kejadian meningkat pada pagi hari |
Kematian jantung mendadak | Risiko kejadian lebih tinggi pada pagi hari setelah bangun tidur |
Intervensi chronotherapy dapat dikategorikan menjadi 2:6
Efek farmakologi suatu obat ditentukan oleh aspek farmakokinetika berupa absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi yang diregulasi oleh ritme sirkadian sentral maupun perifer. Hal ini yang mendasari penerapan jam sebagai modulator untuk pemberian obat dengan menyesuaikan siklus fisiologis dan siklus gejala penyakit, contohnya sebagai berikut:6
Gejala atau eksaserbasi pada penderita asma umumnya terjadi antara tengah malam hingga pukul 08.00 dan puncaknya pada pukul 04.00. Hal ini terjadi karena resistensi saluran napas meningkat secara progresif pada malam hari, ditandai dengan penurunan Forced Expiratory Volume in 1 s (FEV1) dan Peak Expiratory Flow (PEF) sekitar pukul 04.00. Selain itu, pada pukul 04.00 inflamasi saluan nafas meningkat yang ditandai dengan peningkatan jumlah eosinofil alveolar serta hormon kortisol. Pemberian terapi asma sesuai ritme sirkadian dapat dilihat pada Tabel 2.7
Tabel 2. Rekomendasi waktu pemberian terapi asma sesuai ritme sirkadian7
Nama Obat/ Golongan | Waktu pemberian | Keterangan |
Prednisolone 50 mg oral | Pukul 15.00 | Pemberian pukul 15.00 lebih efektif mengontrol gejala asma di malam hari dan menyebabkan lebih sedikit gangguan terhadap ritme sirkadian kortisol endogen. |
Methylprednisolone injeksi | Pukul 08.00 – 16.00 | Pada ritme sirkadian normal, kelenjar adrenal melepaskan hormon kortisol dengan kadar tertinggi pada pagi hari dan terendah di malam hari. Pemberian Methylprednisolone antara pukul 08.00 dan 16.00 tidak akan menyebabkan efek samping penekanan kelenjar adrenal. |
Bambuterol tablet* | Pukul 18.00 | Bambuterol merupakan prodrug Terbutaline yang memiliki durasi aksi 24 jam. Pemberian Bambuterol pada sore hari menghasilkan FEV1 dan PEF di pagi hari yang lebih tinggi dibanding pemberian pada pagi hari. |
Theophylline formulasi 24 jam* | Pukul 18.00 | Penelitian menunjukkan pemberian Theophylline formulasi 24 jam yang diberikan pada sore/malam hari menunjukkan respon klinis lebih baik dibanding pada pagi hari. |
Montelukast | Pukul 18.00 | Pemberian Montelukast pada sore/malam hari memberikan efek peningkatan FEV1 yang lebih baik dibanding pemberian pada pagi hari |
Fungsi saluran pencernaan sangat dipengaruhi oleh ritme sirkadian. Pada malam hari, sekresi asam lambung meningkat, sementara motilitas usus halus dan pengosongan lambung menjadi lebih lambat. Puncak keasaman lambung terjadi pada pukul 02.00 dan berangsur menurun pada beberapa jam berikutnya. Pengobatan tukak lambung dan tukak duodenum dengan pemberian antagonis histamin H2 (contoh: Ranitidin, Famotidine, Cimetidine) atau proton pump inhibitor dengan dosis sekali sehari sebelum tidur efektif untuk mengatasi sekresi asam lambung dan nyeri tukak lambung atau duodenum yang sering terjadi di malam hari.1,4
Gejala RA berupa nyeri dan kaku sendi paling parah terjadi saat pagi hari. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan respon imun dan aktivitas neuroendokrin pada malam hari. Selain itu, juga terjadi pelepasan sitokin proinflamasi yaitu TNFα dan IL-6 dari makrofag yang terletak di synovium dan pannus sendi. Puncak kadar sitokin IL-6 terjadi sekitar pukul 03.00 dan menurun secara signifikan di sore hari; sedangkan peningkatan kadar TNFα terjadi pada malam hari sekitar pukul 21.00. Pada individu normal, kadar kortisol terendah antara pukul 22.00 dan 02.00 dan meningkat saat pagi hari (puncaknya pukul 06.00 – 08.00). Waktu puncak kortisol terjadi lebih cepat pada pasien RA (antara pukul 23.00 – 02.00) sehingga tidak cukup untuk mengompensasi peningkatan pelepasan sitokin proinflamasi.5
Beberapa studi klinis yang membandingkan pemberian terapi RA pada malam dan siang hari menunjukkan pemberian Prednisone, obat antiinflamasi non-steroid (Contoh: Ketoprofen), dan Methotrexate di malam hari dapat mengurangi efek peningkatan aktivitas sitokin proinflamasi, serta memberikan perbaikan gejala auto-imun di pagi hari yang lebih baik dibanding pemberian pada siang hari.5
Jam biologis pada ritme sirkadian sistem kardiovaskular adalah sebagai berikut:8
Jam biologis tersebut berkaitan erat dengan munculnya gejala atau kondisi medis yang mengancam nyawa pada penyakit jantung dan pembuluh darah (Tabel 1). Berikut adalah rekomendasi waktu pemberian terapi obat pada tatalaksana penyakit jantung dan pembuluh darah:8
Tabel 3. Waktu pemberian terapi penyakit jantung dan pembuluh darah sesuai ritme sirkadian8
Nama Obat dan rute | Waktu pemberian | Keterangan |
Nitroglycerin oral | Pagi hari | Prinzmetal angina: mengurangi risiko kejadian di pagi hari saat beraktivitas |
Nitroglycerin patch* | Malam sebelum tidur | Angina pektoris: mengurangi risiko jantung iskemik pada pagi hari |
Acetylsalicylic acid oral | Sore atau malam hari sebelum tidur | Pemberian pada sore atau malam hari bertujuan untuk mengurangi risiko pembekuan darah karena hiperkoagulasi akibat peningkatan agregasi platelet dan penurunan proses fibrinolitik pada pagi hari |
Statin dengan waktu paruh eliminasi pendek seperti: Simvastatin, Fluvastatin, Lovastatin | Malam hari | Pemberian statin dengan waktu paruh eliminasi pendek direkomendasikan pada malam hari karena mendekati waktu puncak biosintesis kolesterol. Statin dengan waktu paruh eliminasi panjang seperti Atorvastatin, Pitavastatin, dan Rosuvastatin tidak harus diberikan pada malam hari, namun umumnya digunakan pada malam hari untuk menjaga kepatuhan minum obat. |
Antihipertensi (golongan Calcium Channel blockers, Angiotensin-converting enzyme inhibitors, dan angiotensin II receptor blockers) | Malam hari | Beberapa uji klinis menunjukkan pemberian antihipertensi pada malam hari meningkatkan kontrol tekanan darah dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti infark miokard, sindrom koroner akut, gagal jantung, atau stroke. Meski demikian, hingga saat ini pedoman tatalaksana hipertensi seperti American Heart Association (AHA) atau European Society of Hypertension (ESC)tidak merekomendasikan secara spesifik waktu pemberian antihipertensi sesuai ritme sirkadian. Oleh karena itu, pemberian antihipertensi pada malam hari dapat dipertimbangkan pada pasien dengan tekanan darah yang tidak terkontrol di malam atau pagi hari, dengan tetap melakukan monitoring risiko penurunan tekanan darah secara berlebihan di malam hari, khususnya pada lansia. |
DAFTAR PUSTAKA