Konstipasi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati

INFLUENZA BUKAN BATUK PILEK BIASA
March 1, 2025

Konstipasi merupakan kondisi umum yang dapat terjadi pada semua usia. Meskipun sering dianggap sepele, konstipasi dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang dan menimbulkan ketidaknyamanan. Konstipasi dapat disebabkan oleh kekurangan serat dan cairan, kurangnya aktivitas fisik, serta konsumsi obat-obat tertentu. Artikel kali ini akan membahas penyebab, gejala, dan cara mengobati konstipasi.

Apa Itu Konstipasi ?1

Konstipasi atau sembelit adalah gangguan pencernaan akibat penurunan kerja usus yang ditandai dengan keluhan susah buang air besar (BAB) atau penurunan frekuensi BAB dalam jangka waktu tertentu, yaitu kurang dari tiga kali dalam seminggu. Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit saat BAB. Selain itu, konstipasi juga menimbulkan gejala berupa rasa nyeri dan tidak nyaman pada perut.

Apa Saja Gejala Konstipasi ?1

Gejala konstipasi dapat bervariasi pada dewasa dan anak-anak, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Gejala Konstipasi pada DewasaGejala Konstipasi pada Anak-anak
– Frekuensi BAB lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu
– Feses sulit keluar
– Nyeri ketika BAB
– Harus mengejan saat BAB
– Feses terlihat kering, keras, atau bergumpal
– Buang air besar terasa tidak tuntas
– Diperlukan manuver manual untuk BAB
– Perut kembung
– Frekuensi BAB lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu
– Feses keras
– Nyeri ketika BABAdanya massa feses besar di usus besar
Tabel 1. Gejala Konstipasi

Apa Saja Penyebab Konstipasi ?1

Konstipasi dapat dipicu oleh beberapa faktor, dan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu konstipasi primer (fungsional) dan konstipasi sekunder.

Konstipasi Primer

Konstipasi primer adalah konstipasi yang terjadi tanpa adanya penyebab medis yang jelas, seperti penyakit atau penggunaan obat-obatan tertentu. Kondisi ini sering disebut juga dengan konstipasi idiopatik kronis atau konstipasi fungsional karena tidak berhubungan dengan gangguan struktural atau metabolik. Konstipasi primer dapat dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu:

Konstipasi transit normal

Pergerakan usus besar normal, tetapi mengalami kesulitan buang air besar.

Konstipasi transit lambat

Pergerakan usus menjadi tidak normal sehingga feses bergerak lebih lambat, akibat kelainan saraf pencernaan yang mengendalikan motilitas usus besar.

Gangguan evakuasi rektum  (bagian akhir usus besar)

Gangguan pada otot-otot yang membantu pergerakan usus, seperti otot dasar panggul, otot penopang organ di perut bagian bawah, dan otot yang terletak di antara tulang pinggul.

Konstipasi Sekunder1,2

Konstipasi sekunder disebabkan oleh kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan yang dapat menghambat pergerakan usus.

Kondisi medis yang dapat menyebabkan konstipasiObat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi
– Obstruksi usus (penyumbatan pada usus)Irritable bowel syndrome (iritasi saluran pencernaan)
– Kanker usus besar dan rektum
– Penyakit divertikular (timbulnya kantung-kantung kecil di saluran usus besar)
– Dehidrasi
– Hipotiroid
– Anorexia (gangguan makan)
– Hiperkalsemia
– Kehamilan
– Analgesik opioid, contoh: Codeine, Fentanyl, dan Morphine
– Obat antidepresan, contoh: Fluoxetine, Paroxetine, dan Alprazolam
– Obat yang mengandung alumunium, contoh: Antasida
– Antihipertensi, contoh: Verapamil, Nifedipine
– Golongan NSAID, contoh: Ibuprofen, Diclofenac, dan Meloxicam
– Antikonvulsan, contoh: Phenytoin dan Valproic acid
– Suplemen besi

Apa Saja Faktor Risiko Konstipasi ?1

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko konstipasi, baik pada dewasa maupun anak-anak:

Faktor Risiko pada Dewasa

  • Pertambahan usia: pergerakan usus cenderung melambat seiring bertambahnya usia
  • Pola makan rendah serat: kekurangan serat dapat menghambat pergerakan usus
  • Kurang aktif bergerak: aktivitas fisik yang rendah dapat memperlambat sistem pencernaan
  • Riwayat operasi perut atau panggul: operasi dapat memengaruhi fungsi usus dan menyebabkan konstipasi

Faktor Ririko pada Bayi dan Anak

  • Stress psikologis: faktor emosional terkait lingkungan rumah, sekolah, dan hubungan dengan saudara
  • Pola makan: konsumsi makanan rendah serat, protein susu sapi, junk food, atau pola makan tidak teratur
  • Obesitas pada anak: berat badan berlebih dapat memengaruhi pergerakan usus dan menyebabkan konstipasi

Bagaimana Cara Mengatasi Konstipasi ?

Modifikasi Diet dan Aktivitas Fisik untuk Dewasa1,3,4

Perubahan pola makan dan aktivitas fisik berperan penting dalam mengatasi konstipasi. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan:

Meningkatkan Asupan Serat dan Cairan

  • Konsumsi diet tinggi serat, termasuk buah, sayur, dan biji-bijian, untuk meningkatkan volume dan kelembapan feses.
  • Asupan serat yang disarankan adalah 20–35 gram per hari.
  • Minum cukup air membantu melunakkan feses. Kebutuhan cairan harian adalah: 2.500 ml/hari untuk laki-laki dan 2.000 ml/hari untuk perempuan
  • Hindari minuman beralkohol dan kafein (seperti kopi dan cola), karena dapat menyebabkan dehidrasi dan memperburuk konstipasi.

Perubahan Perilaku Buang Air Besar

  • Biasakan BAB pada waktu yang sama setiap hari, idealnya 15–45 menit setelah sarapan, karena makanan dapat merangsang pergerakan usus.
  • Jangan menahan keinginan untuk BAB

Olahraga dan Aktivitas Fisik

  • Berolahraga secara teratur dapat membantu merangsang pergerakan usus.
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan latihan penguatan otot minimal 2 kali per minggu untuk menjaga kesehatan pencernaan.
Gambar 1
Gambar 1. Rekomendasi Olahraga Mengurangi Gejala Konstipasi

Modifikasi Diet dan Aktivitas Fisik untuk Anak-Anak5

Menurut European Society for Pediatric Gastroenterology (ESPGHAN)/ North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition (NASPGHAN), diet tinggi serat, asupan cairan yang cukup, serta aktivitas fisik yang normal membantu keberhasilan terapi konstipasi pada anak.

Pola Makan

  • Anak yang mengalami konstipasi sering kali kurang mengonsumsi serat.
  • Asupan serat yang disarankan adalah 5 gram per hari.
  • Bukti penelitian mengenai efektivitas prebiotik, probiotik, dan suplemen serat untuk konstipasi anak masih terbatas.

Aktivitas Fisik

  • Anak dianjurkan untuk lebih aktif secara fisik melalui kegiatan yang menyenangkan, seperti: berjalan kaki, bersepeda, dan bermain di luar rumah
  • Aktivitas ini dapat membantu merangsang gerakan usus dan mempercepat pencernaan.

Latihan Toilet (Toilet Training)

  • Anak dianjurkan untuk melakukan toilet training dengan duduk di toilet selama 5–10 menit, 3–4 kali sehari, terutama setelah makan untuk mencoba BAB.
  • Latihan toilet ini sebaiknya dimulai pada usia minimal 4 tahun.

Obat Pencahar1,6

Bulk Forming (meningkatkan jumlah air dalam feses agar lebih lunak, sehingga mudah untuk dikeluarkan)

Nama ObatWaktu Mulai Kerja Obat
Psyllium12-72 jam

Osmotik (menarik cairan dalam rongga usus, melunakkan feses, dan merangsang pergerakan usus besar melalui peregangan dinding usus)

Nama ObatWaktu Mulai Kerja Obat
PEG 3350*1-4 hari
Lactulose*1-2 hari
Magnesium hydroxide30 menit-6 jam

Stimulan (merangsang pergerakan usus dan/atau meningkatkan pengeluaran air dan elektrolit di rongga usus)

Nama ObatWaktu Mulai Kerja Obat
BisacodylOral: 6-12 jam Rektal#: 0,25-1 jam7

Secretagogues (meningkatkan volume cairan dalam usus sehingga feses menjadi lebih lunak dan mudah dikeluarkan (mempercepat pergerakan feses))8,9

Nama ObatWaktu Mulai Kerja Obat
Lubiprostone$24 jam
Linaclotide#24 jam

Pencahar 5-HT4 (meningkatkan pengeluaran cairan dan pergerakan usus yang mendorong keluarnya feses)10

Nama ObatWaktu Mulai Kerja Obat
Prucalopride$2-3 jam

Emolient (menarik air ke dalam usus besar dan melembutkan feses, sehingga feses mudah bergerak melalui usus)

Nama ObatOnset
Glycerin15-30 menit
Keterangan: *dapat digunakan pada usia <1 tahun
              $tidak direkomendasikan untuk anak usia 0-<18 tahun
              #tidak disarankan untuk digunakan pada anak usia ≤2 tahun
         belum tersedia di Indonesia

Perawatan Lain11

Terapi Pijat perut selama 15-30 menit, 5 hari/minggu selama 4-8 minggu, dilakukan 30-60 menit setelah makan dapat meningkatkaan frekuensi buang air besar, menurunkan tingkat keparahan gejala konstipasi, dan mengurangi konsumsi obat pencahar.

Apa Komplikasi yang Dapat Terjadi ?11

Pada umumnya, konstipasi jarang menyebabkan komplikasi, kecuali jika konstipasi terjadi dalam waktu yang lama. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi, yaitu/antara lain:

  1. Impaksi feses, tertahannya tinja di dalam usus yang tidak dapat dikeluarkan dengan normal melalui buang air besar. Kondisi ini terjadi saat terjadi penumpukan feses kering dan keras di usus besar yang disebabkan oleh konstipasi dalam waktu lama.
  2. Prolaps usus besar, yaitu berpindahnya usus besar dari posisi normal sehingga menonjol keluar dari anus akibat mengejan terlalu lama.
  3. Fisura ani, yaitu kulit dinding anus robek karena mengejan terlalu lama dan feses yang keras.
  4. Wasir, yaitu pembengkakan dinding anus akibat pelebaran pembuluh darah, bisa disebabkan karena aktivitas mengejan yang terlalu lama.

Bagaimana Cara Mencegah Konstipasi ?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah konstipasi, antara lain:

  1. Minum air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi
  2. Perbanyak konsumsi makanan berserat, seperti buah, sayur, dan biji-bijian
  3. Mengonsumsi suplemen serat jika diperlukan
  4. Menghindari minuman alkohol dan kafein
  5. Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung probiotik
  6. Olahraga secara teratur dapat melatih otot-otot tubuh untuk memperlancar pencernaan

Pustaka:

  1. Diaz. S, Bittar. K, Hashmi. M, dan Mendez. M. 2023. Constipation. National Library of Medicine. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513291/
  2. Miller Marie. 2022. Management of Constipation in Adults. Hull and East Riding Prescribing Committe. Available at https://www.hey.nhs.uk/wp/wp-content/uploads/2019/08/GUIDELINE-Constipation-guidelines-updated-may-19.pdf
  3. Wald Arnold. 2025. Patient Education: Constipation in Adults (Beyond the Basics). Uptodate. Available at https://www.uptodate.com/contents/constipation-in-adults-beyond-the-basics#H5
  4. Grey Heather. 2023. 7 Exercises to Help Relieve Constipation. Healthline. Available at https://www.healthline.com/health/chronic-constipation/exercises-to-relieve-constipation#1
  5. Geus de A, Koppen I, Flint R, Benninga M, dan Tabbers M. 2023. An Update of Pharmacological Management in Children with Functional Constipation. Pediatric drug 25:343-358. Doi: https://doi.org/10.1007/s40272-023-00563-0.
  6. Aplikasi Lexicomp Version 8.4.4, Copyright 2025, Walters Kluwer Clinical Drug Information, Inc
  7. Lawrensia. S, Patel. P, dan Raja. A. 2024. Bisacodyl. National Library of Medicine. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547733/
  8. Cheng. C, Kim. I, dan Ryan. D. 2022. Amitiza (Lubiprostone). Food and Drug Administration. Available at https://www.fda.gov/media/157886/download
  9. Kalola. U, Patel. P, dan Chowdhury. Y. 2024. Linaclotide. National Library of Medicine. Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK578208/
  10. Product Monograph Including Patient Medication Information: Prucalopride Tablets. 2024. Available at https://pdf.hres.ca/dpd_pm/00076527.PDF
  11. Makmun. D, Fauzi. A, dan Rangga. R. 2023. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi Di Indonesia. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. Available at https://pbpgigastro.com/wp-content/uploads/2024/07/konsensus-Nasional-Penatalaksanaan-Konstipasi-di-Indonesia-Revisi-2023.pdf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *