Insulin merupakan hormon alami yang diproduksi oleh pankreas untuk membantu mengatur kadar gula darah. Insulin injeksi diperlukan sebagai salah satu pengobatan pada pasien yang tidak dapat memproduksi insulin, seperti pasien diabetes mellitus. Tersedia beragam jenis insulin yang akan memengaruhi cara kerja, frekuensi penggunaan, dan risiko efek samping.
Insulin diklasifikasikan berdasarkan waktu mula kerja (onset), waktu mencapai efek maksimal, dan durasi kerja. Insulin telah berevolusi dari ekstrak pankreas hewan menjadi insulin human dan insulin analog. Insulin analog dikembangkan karena keterbatasan insulin human ketika diinjeksikan pada kulit. Saat ini, profil waktu kerja insulin dan formulasinya terus dimodifikasi agar lebih mirip dengan insulin endogen yang diproduksi tubuh secara alami.
Insulin ini diabsorpsi dengan cepat dari jaringan lemak (subkutan) ke dalam aliran darah, digunakan untuk mengontrol gula darah selama makan, serta mengoreksi nilai gula darah yang tinggi. Contoh: Insulin analog kerja cepat (Lispro, Aspart, Glulisine) dan insulin regular/insulin human.
Struktur asam amino dari insulin analog diubah melalui rekayasa genetik dan teknologi DNA rekombinan untuk mengubah profil farmakokinetika dan farmakodinamika. Insulin analog Lispro, Aspart dan Glulisine menghasilkan waktu mula kerja dan waktu mencapai puncak yang lebih cepat, serta durasi kerja yang lebih pendek dibandingkan insulin regular, sehingga menghasilkan profil yang lebih optimal untuk diberikan pada waktu makan.
Pada tahun 2017, insulin Aspart dimodifikasi kembali menghasilkan waktu mula kerja yang lebih cepat (ultra cepat) dibandingkan insulin kerja cepat pada umumnya. Hal ini memungkinkan pemberian injeksi pada awal atau dalam 20 menit setelah pasien mulai makan, sehingga menghasilkan kontrol gula darah yang lebih baik.
Selain itu, insulin juga berkembang dengan formulasi insulin regular serbuk kering yang diberikan secara inhalasi. Afrezza disetujui pada tahun 2014 dan merupakan satu-satunya insulin inhalasi yang beredar di Amerika Serikat. Afrezza memiliki aksi kerja yang lebih cepat, tetapi durasi kerja yang lebih pendek dibandingkan insulin regular atau insulin kerja cepat.
Waktu mula kerja yang cepat dan durasi aksi yang pendek lebih disukai karena menyerupai sekresi insulin alami setelah makan. Profil tersebut membantu pemberian dosis yang akurat, mengurangi lonjakan gula darah, serta mengurangi paparan insulin berkepanjangan yang dapat menyebabkan risiko hipoglikemia tertunda.
Prinsip insulin basal adalah untuk menekan produksi gula darah di hati, sehingga menjaga kestabilan gula darah antar waktu makan, saat puasa, dan sewaktu tidur. Insulin basal terdiri dari insulin intermediate dan insulin kerja panjang.
Insulin intermediate akan diabsorpsi lebih lambat dan bertahan lebih lama. Contoh: NPH (Neutral Protamine Hagedorn) dan Pre-mixed insulin (kombinasi NPH dengan insulin analog).
Insulin NPH merupakan insulin intermediate pertama pada tahun 1950, memiliki waktu mula kerja dan durasi kerja yang lebih lama dibandingkan insulin regular pada saat itu. Meski demikian, NPH masih belum cukup mirip dengan sekresi insulin secara alami. Oleh karena itu, NPH masih harus diberikan 2 kali sehari untuk mencukupi kebutuhan insulin basal.
Insulin kerja panjang diabsorpsi lebih lambat dengan puncak efek yang minimal dan stabil sepanjang hari. Contoh: Glargine, Detemir. Karena keterbatasan NPH dalam memenuhi kebutuhan insulin basal, maka dikembangkan insulin analog kerja panjang pertama (Glargine) yang disetujui di Amerika Serikat pada tahun 2000. Modifikasi pada insulin Glargine menyebabkan terjadi presipitasi ketika insulin disuntikkan secara SC dan akan larut secara perlahan sebelum masuk ke peredaran darah. Hal ini yang menyebabkan Glargine memiliki profil waktu tanpa puncak dengan durasi kerja rata-rata hingga 24 jam. Pengembangan insulin basal terus dilakukan hingga ditemukan insulin Degludec yang merupakan insulin dengan durasi kerja terpanjang (hampir 48 jam) yang tersedia saat ini.
Insulin regular dapat diberikan subkutan (SC), intramuskuler (IM) atau intravena (IV), sedangkan Insulin Aspart, Glulisine dan Lispro diberikan secara SC. Jika diberikan secara IV maka aksinya sama seperti insulin regular, sedangkan untuk insulin NPH (neutral protamine Hagedorn) merupakan insulin suspensi yang bertujuan menunda penyerapan. Insulin suspensi tidak dapat diberikan secara IV. Insulin Glargine, Determir, dan Degludec hanya diberikan melalui rute SC.
Profil farmakokinetika mengacu pada perjalanan waktu dan konsentrasi insulin dalam sirkulasi darah yang dihasilkan dari pemberian secara SC atau metode pemberian lainnya.
Insulin yang diberikan melalui injeksi SC akan diabsorpsi ke dalam peredaran darah secara perlahan. Selain bergantung pada molekul dan tipe formulasi yang digunakan dari masing-masing sediaan insulin, penyerapan insulin antar pasien juga dapat bervariasi yang disebabkan oleh perbedaan aliran darah di tempat injeksi (abdomen, deltoid, gluteus, dan paha).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi absorpsi insulin, antara lain:
Ginjal dan hati merupakan organ yang paling memengaruhi degradasi insulin. Umumnya, hati mendegradasi 50-60% insulin yang dikeluarkan oleh pankreas, sedangkan ginjal sekitar 35-45%. Namun, jika insulin diberikan dari luar (SC), profil degradasi mengalami perubahan. Degradasi insulin oleh ginjal menjadi lebih besar dibandingkan hati.
Karena ginjal terlibat dalam degradasi insulin, maka disfungsi ginjal akan menurunkan klirens insulin dan memperpanjang efeknya. Penurunan klirens terjadi untuk insulin yang diproduksi tubuh, stimulasi obat maupun insulin dari luar. Penurunan fungsi ginjal menyebabkan penurunan kebutuhan insulin eksogen secara progresif dan peningkatan risiko hipoglikemia.
Profil farmakodinamika mengacu pada efek insulin pada gula darah berbanding dengan waktu. Onset, puncak, dan durasi bervariasi antar sediaan insulin. Selengkapnya lihat tabel.
Tabel Karakteristik Insulin Berdasarkan Fungsi Kontrol Gula Darah2,5,6
Fungsi Insulin | Jenis Insulin | Profil | Onset | Puncak | Durasi |
Basal | Human Insulin | Kerja Menengah (Intermediate) | |||
Insulin NPH (Humulin N, Insulatard, Insuman Basal) | 1,5-4 jam | 4-10 jam | 5-12 jam | ||
Analog | Kerja Panjang | ||||
Glargine (Lantus) Determir (Levemir) | 1-3 jam | Hampir tanpa puncak | 12-24 jam | ||
Kerja Ultra-Panjang | |||||
Degludec (Tresiba) | 30-60 menit | Hampir tanpa puncak | Sampai 48 jam | ||
Glargine U300 (Lantus XR) | 1-3 jam | Tanpa puncak | >24 jam | ||
Biosimiler analog | Kerja Panjang | ||||
Glargine (Basaglar) | 1-2 jam | Tanpa puncak | 24 jam | ||
Glargine (Ezelin) | 1-2 jam | Tanpa puncak | 24 jam | ||
Prandial | Human Insulin (Reguler) | Kerja Pendek | |||
Humulin R Actrapid Insuman Sansulin | 30-45 menit | 2-4 jam | 6-8 jam | ||
Analog | Kerja Cepat | ||||
Lispro (Humalog) Aspart (Novorapid) Glulisine (Apidra) | 5-15 menit | 1-2 jam | 4-6 jam | ||
Ultra Cepat | |||||
Aspart ultra cepat (Fiasp)* | 16-20 menit | 1,5-2,2 jam | 5-7 jam | ||
Insulin inhalasi (Afrezza) | 12 menit | 0,5-0,9 jam | 1,5-3 jam | ||
Human Insulin | Humulin 30/70 (30% regular, 70% NPH) Mixtard 30/70 (30% regular, 70% NPH) | 30-60 menit | 3-12 jam | 14-24 jam | |
Analog | Humalog Mix 25/75 (25% Lispro, 75% Protamin Lispro) Humalog Mix 50/50 (50% Lispro, 50% Protamin Lispro) Novomix 30/70 (30% Aspart, 70% Protamin aspart) | 15-30 menit | 1-4 jam | 4-6 jam | |
Co-formulation Degludec-Aspart: Ryzodeg (70% Degludec, 30% Aspart) | 9-14 menit | 72-80 menit | 24 jam | ||
Fixed-Ratio Combination (Insulin Basal dan GLP-1 RA) | Glargine/Lixisenatide (Soliqua) | Segera saat makan besar | Tanpa puncak | 24 jam | |
Degludec/Liraglutide (Victoza dan Xultophy) | Segera saat makan atau tanpa makan | Tanpa puncak | 24 jam |
*Aspart dikombinasi dengan L-arginine dan Niacinamide. Onset 5-6 menit lebih cepat dibanding Aspart konvensional.
Memastikan bahwa pasien atau pengasuh memahami teknik penyuntikan insulin yang benar merupakan faktor penting dalam mengoptimalkan kontrol glukosa dan keamanan penggunaan insulin. Teknik pemberian insulin, seperti lokasi pemberian, rotasi, perawatan area injeksi dapat menghindari infeksi dan komplikasi lainnya.
Lokasi. Insulin harus diberikan ke dalam jaringan subkutan, bukan intramuskuler. Area yang direkomendasikan adalah perut (sekitar 5 cm dari pusar), paha bagian luar, pantat dan lengan atas. Penyuntikan ke area IM dapat menyebabkan perbedaan pada absorpsi, efektivitas, dan berhubungan dengan peningkatan risiko hipoglikemia.
Risiko penyuntikan pada area IM meningkat pada pasien usia muda, pasien kurus yang memilih lokasi penyuntikan di area truncal, serta penggunaan jarum yang lebih panjang. Penelitian terbaru menyatakan penggunaan jarum pendek (4 mm) sama efektifnya dengan jarum yang lebih panjang, termasuk pada pasien dewasa yang mengalami obesitas.
Rotasi area injeksi diperlukan untuk mencegah lipohypertrophy, yaitu akumulasi lemak subkutan akibat penyuntikan berulang. Lipohypertrophy dapat mengganggu penyerapan insulin dan menyebabkan variasi gula darah, serta kejadian hipoglikemia yang tak terduga. Lokasi penyuntikan harus dirotasi dengan jarak minimal 1 cm dari lokasi sebelumnya dan penggunaan jarum yang berulang harus dihindari.
Semua insulin memiliki tanggal kedaluwarsa pada label kemasan yang berlaku untuk insulin yang belum dibuka dan harus disimpan di lemari es (2-8°C). Insulin tidak boleh dibekukan, terpapar sinar matahari langsung atau disimpan pada suhu ruang lebih dari 30°C. Paparan suhu tinggi dapat mengurangi efektivitas insulin.
Perhatikan informasi masing-masing produk terkait masa penggunaan insulin setelah dibuka. Pada umumnya, insulin pena dapat disimpan pada suhu kamar 15-30°C selama 28 hari, sedangkan insulin Detemir dapat bertahan hingga 42 hari di suhu kamar.
Beberapa efek samping insulin yang perlu diwaspadai, antara lain:
Baca juga artikel kesehatan lainnya melalui tautan berikut https://rkzsurabaya.com/pharmacon/
Referensi
1. University of California. Types of Insulin. Collective work Martha Nolte Kennedy, The Regents of the University of California https://dtc.ucsf.edu/types-of-diabetes/type2/treatment-of-type-2-diabetes/medications-and-therapies/type-2-insulin-rx/types-of-insulin/.
2. Hirsch, I., Juneja, R., Beals, J. & Antalis, C. The Evolution of Insulin and How it Informs Therapy and Treatment Choices. Endocr. Rev. 41, 1–23 (2020).
3. American Diabetes Association. Standards of Care in Diabetes. Diabetes Care 46, (2023).
4. Donnor, T. & Sarkar, S. Insulin- Pharmacology, Therapeutic Regimens and Principles of Intensive Insulin Therapy. National Library of Medicine https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278938/ (2023).
5. National Health Service. Insulin comparison and identification guide. (2021).
6. Wibisono, S., Soetmadji, D. W., Mardianto, Shabab, A. & Karimi, J. Pedoman Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2021).
7. Hicks, D., Adams, D., DIggle, J. & Gelder, C. Best Practice Guideline to support Correct Injection Technique in Diabetes Care. (2020).