Keseimbangan asam-basa di dalam tubuh sangat penting untuk menjaga proses metabolisme dan fungsi organ agar berjalan optimal. Rentang normal pH darah adalah 7,35 – 7,45; sedangkan rentang normal pH intrasel adalah 7,0 – 7,30. Berbagai sistem penyangga intrasel dan ekstrasel bersama dengan regulasi ginjal dan pernapasan menjaga pH darah agar tetap berada dalam rentang normal.8
Kondisi pH darah <7,35 disebut dengan asidemia (proses terjadinya disebut dengan asidosis), sedangkan pH >7,45 disebut dengan alkalemia (proses terjadinya disebut dengan alkalosis). Berdasarkan penyebabnya, asidemia dan alkalemia dibedakan menjadi 2, yaitu:5,7
Terjadinya gangguan metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan ion hidrogen (H+) yang biasanya dipertahankan oleh sistem penyangga berupa ion bicarbonate (HCO3–). Kelebihan ion hidrogen akan menyebabkan kondisi asidosis. Asidosis metabolik ditandai dengan penurunan pH darah akibat penurunan konsentrasi ion bicarbonate yang diikuti dengan penurunan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2).
Terjadinya gangguan respiratori disebabkan oleh ketidakseimbangan eliminasi karbondioksida (CO2) melalui sistem pernapasan atau peningkatan produksi CO2. Kelebihan CO2 di dalam darah akan menyebabkan kondisi asidosis. Gangguan respiratori dapat dilihat melalui pengukuran tekanan parsial karbondioksida.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa | pH darah | (HCO3–) | PaCO2 | Base excess | Kompensasi |
Asidosis Metabolik | ↓ | ↓ | Normal atau ↓ (K) | ↓ | Laju pernapasan ↑ |
Alkalosis Metabolik | ↑ | ↑ | Normal atau ↑ (K) | ↑ | Laju pernapasan ↓ |
Asidosis Respiratori | ↓ | Normal atau ↑ (K) | ↑ | Normal / ↑ | Ekskresi ion H+ melalui ginjal |
Alkalosis Respiratori | ↑ | Normal atau ↓ (K) | ↓ | Normal / ↓ | Eliminasi ion HCO3– melalui ginjal |
Keterangan:
↓ mengalami penurunan
↑ mengalami peningkatan
(K) kompensasi, yaitu kondisi penurunan atau peningkatan HCO3– atau PaCO2 yangterjadi sebagai akibat gangguan keseimbangan asam basa
Asidosis metabolik dapat terjadi melalui 4 mekanisme, yaitu:8
Penyebab asidosis metabolik dapat diidentifikasi melalui perhitungan nilai serum anion gap (Tabel 2). Asidosis metabolik dengan peningkatan serum anion gap biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi asam organik atau asam laktat secara berlebihan, serta penurunan eliminasi bahan asam non-volatil dari ginjal; sedangkan asidosis metabolik dengan nilai anion gap normal/ asidosis hiperchloremia disebabkan oleh kehilangan ion bicarbonate, terutama akibat diare kronis dan asidosis tubulus ginjal.
Serum anion gap normal/ Asidosis Hiperchloremia | Peningkatan serum anion gap |
Diare | Asidosis laktat |
Kehilangan cairan gastrointestinal akibat adanya fistula | Ketoasidosis diabetes |
Asidosis tubulus ginjal | Ketoasidosis akibat puasa |
Penggunaan diuretik hemat kalium seperti Spironolactone, Triamterene, dan Amiloride | Keracunan Asam salisilat, Acetaminophen, Isoniazid, Theophylline, Ethanol, Ethylene glycol, Propylene glycol, atau Methanol |
Short bowel syndrome | Gagal ginjal (akut atau kronis) |
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi asidosis metabolik berupa: 9,1
Pemeriksaan ini menggunakan sampel darah dari arteri untuk mengetahui nilai pH, PaCO2, HCO3–, tekanan parsial oksigen (PaO2), serta nilai base excess (BE) yang menunjukkan kekurangan atau kelebihan jumlah ion bicarbonate dalam darah. BE negatif menandakan kekurangan basa dalam darah. Nilai normal analisa gas darah dapat dilihat pada Tabel 3.
Pemeriksaan | Nilai normal |
pH | 7,35 – 7,45 |
PaO2 | 80 – 100 mmHg |
HCO3– | 22 – 26 mEq/ liter |
PaCO2 | 35 – 45 mmHg |
SaO2 | 95% – 100% |
BE | -2 – +2 mEq/liter |
Pengukuran ini dilakukan untuk menghitung nilai anion gap sehingga kemungkinan penyebab asidosis metabolik dapat diketahui. Anion harus mampu menyeimbangkan kation agar pH plasma tetap berada dalam rentang normal. Sodium (Na) merupakan kation utama yang diseimbangkan oleh anion bicarbonate, chloride, dan tambahan anion yang tidak terukur seperti lactate dan acetoacetate. Nilai normal serum anion gap adalah 6-12 mEq/L.
Rumus perhitungan serum anion gap adalah: Na+ – (Cl– + HCO3–) |
Sodium bicarbonate merupakan larutan penyangga yang paling umum digunakan untuk mencegah dan menetralkan efek dari asidosis metabolik.
Pemberian sodium bicarbonate intravena dapat dilakukan pada:
Efektivitas sodium bicarbonate untuk mengatasi asidosis metabolik yang disebabkan oleh penyebab lain masih dalam proses penelitian dan belum terbukti dapat memperbaiki kondisi klinis atau menurunkan mortalitas. Pada beberapa kasus, pemberian sodium bicarbonate pada diabetes ketoasidosis atau asidosis laktat yang parah tidak dapat menurunkan mortalitas.
Tujuan utama penanganan asidosis metabolik adalah mengatasi penyebab asidosis. Pemberian terapi sodium bicarbonate dapat dipertimbangkan pada pasien dengan pH <7,1 untuk mempertahankan pH >7,2 hingga penyebab utama asidosis metabolik teratasi, atau pada pasien gagal ginjal akut berat dengan pH kurang dari atau sama dengan 7,2 untuk mempertahankan pH >7,3.
Dosis dan administrasi sodium bicarbonate yang optimal belum teridentifikasi, sehingga dapat mengacu pada protokol institusional. Contoh rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan dosis sodium bicarbonate adalah sebagai berikut, namun dosis lebih besar atau lebih kecil dapat diberikan dengan mempertimbangkan penyebab dan keparahan asidosis metabolik.
Administrasi sodium bicarbonate sesuai perhitungan kebutuhan dilakukan selama beberapa jam (contohnya 2-4 jam) hingga mencapai target. Monitoring pH, nilai sodium bicarbonate, dan kondisi klinis setiap 2 jam untuk menyesuaikan kebutuhan dosis hingga target tercapai.2
Pustaka lain menyebutkan administrasi sodium bicarbonate diawali dengan pemberian 50% dosis selama 3-4 jam, lalu 50% dosis yang tersisa diberikan selama 24 jam. Ketika pH telah mencapai 7,2-7,25 peningkatan kadar ion bicarbonate sebaiknya tidak > 4-8 mEq/L dalam 6 – 12 jam untuk mencegah risiko over alkalinization yang ditandai dengan hipoksia jaringan, produksi asam laktat, kelebihan sodium, dan hipokalemia.4
Prosedur pemberian sodium bicarbonate melalui vena perifer di RKZ dapat dilihat pada SPO Pemberian Natrium Bicarbonate Melalui Vena Perifer, dimana konsentrasi pengenceran yang disarankan adalah 1:3 dengan menggunakan WFI apabila tidak ada instruksi khusus dari dokter. Sebagai contoh, penyiapan 25 ml sodium bicarbonate dilakukan dengan menambahkan sebanyak 75 ml pelarut. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kejadian ekstravasasi akibat osmolaritas sodium bicarbonate yang tinggi (2000 mOsm/L).
Infus sodium bicarbonate dapat menyebabkan hipernatremia dan ekstravasasi pembuluh darah. Penambahan NaCl 0,9% dan Dextrose 5% dapat membentuk larutan isotonis dan akan membantu mencegah efek samping ini. Komplikasi lain dari pemberian sodium bicarbonate adalah kelebihan volume cairan ekstrasel. Risiko ini semakin meningkat pada pasien dengan gagal jantung kongestif atau gagal ginjal. Kelebihan volume cairan ekstrasel dapat dicegah dengan pemberian terapi loop diuretic (contohnya Furosemide).