Interaksi obat tidak selalu membahayakan bagi tubuh, namun juga dapat bersifat menguntungkan.
Contoh interaksi obat yang menguntungkan:
Contoh interaksi obat yang membahayakan:
Merupakan interaksi secara fisik atau kimiawi yang terjadi sebelum obat masuk ke tubuh dan menyebabkan terbentuknya endapan, perubahan warna, obat menjadi tidak aktif, atau terbentuk gas. Contoh interaksi farmasetik dapat dilihat pada Tabel 1.
Campuran obat | Efek |
Phenytoin + infus Ringer Lactate atau Dextrose | Terbentuk endapan kristal |
Dopamine hydrochloride + Sodium bicarbonate | Terbentuk warna merah muda 5 menit setelah pencampuran |
Ampicillin sodium + Gentamicin sulfate | Penurunan aktivitas Gentamicin sulfate 50% |
Merupakan interaksi antar obat yang bekerja pada tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga memberikan efek terapi maupun efek samping yang serupa atau berlawanan. Contoh interaksi farmakodinamik dapat dilihat pada Tabel 2.
Efek interaksi | Contoh obat |
Berlawanan | Obat golongan beta blocker seperti Propranolol akan mengurangi efek bronkodilatasi Salbutamol. |
Peningkatan | Penggunaan bersamaan Verapamil dan Propranolol dapat meningkatkan efek bradikardi. |
Saling mendukung | Kombinasi antibiotik Sulfamethoxazole dan Trimethoprim. |
Penguatan | Kombinasi antibiotik beta laktam Amoxicillin dan Clavulanic acid sebagai penghambat enzim beta laktamase. |
Merupakan interaksi yang mengubah penyerapan, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan kadar obat di dalam darah. Mekanisme interaksi farmakokinetik adalah sebagai berikut:
Terjadi ketika dua obat oral atau lebih dikonsumsi bersamaan sehingga menyebabkan perubahan kecepatan dan jumlah penyerapan obat. Contoh interaksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Mekanisme | Obat penyebab interaksi | Obat yang dipengaruhi | Efek | Solusi |
Molekul obat saling melekat | Obat diare (Arang aktif, Kaolin-pektin), Antasida | Obat lain | Penyerapan obat lain menurun | Memberi jeda pemberian obat selama 2 jam |
Membentuk ikatan obat | Zat besi, antasida | Tetracycline, Methyldopa, Levodopa | Ketersediaan Tetracycline, Methyldopa, Levodopa dalam darah menurun | Memberi jeda pemberian obat selama 2 jam |
Menurunkan gerakan saluran cerna | Alumunium hydroxida | Digoxin | Ketersediaan Digoxin dalam darah meningkat | Memberi Digoxin setelah pengaruh gerakan saluran cerna hilang |
Meningkatkan gerakan saluran cerna | Metoclopramide, Laxative | Digoxin | Ketersediaan Digoxin dalam darah menurun | Memberi Digoxin setelah pengaruh gerakan saluran cerna hilang |
Meningkatkan pH lambung | Antasida, Ranitidine | Ketoconazole | Ketersediaan Ketoconazole dalam darah menurun | Melakukan penyesuaian dosis obat Ketoconazole |
Meningkatkan pH lambung | Proton Pump Inhibitor (contoh: Pantoprazole, Lansoprazole) | Obat dengan salut enterik (obat yang zat aktifnya dilepaskan di usus bukan di lambung) | Salut enterik akan larut lebih cepat sehingga lokasi pelepasan obat tidak tepat | Memberi jeda waktu penggunaan obat minimal 2 jam |
Sebagian besar obat akan dimetabolisme oleh enzim di hati. Obat tertentu dapat menginduksi atau menghambat metabolisme obat lain.
Interaksi ini dapat muncul karena kompetisi obat yang memiliki mekanisme ekskresi yang sama di ginjal atau akibat perubahan pH urin sehingga ekskresi obat menjadi lebih cepat atau lebih lambat.
Contoh: Antasida + Phenytoin : Antasida dapat membasakan urin dan menurunkan efek Phenytoin.
Pengaruh makanan terhadap obat dapat berupa:
Interaksi obat dan makanan dapat dihindari dengan mengatur waktu minum obat dan makanan dengan tepat. Contoh interaksi obat dan makanan dapat dilihat pada Tabel 4.
Nama Obat | Interaksi | Pencegahan |
Alendronic Acid1 | Makanan dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks yang sulit diserap. | Obat diminum saat perut kosong, minimal 30 menit sebelum makan dan dalam posisi duduk tegak selama minimal 30 menit. |
Antikoagulan contohnya Warfarin3 | Makanan yang mengandung tinggi Vitamin K dapat menurunkan efektivitas Warfarin. | Obat tidak boleh diminum bersama dengan makanan yang mengandung Vitamin K seperti sayuran hijau. |
Bisacodyl1 | Makanan yang mengandung susu dapat melarutkan lapisan/salut obat yang berfungsi untuk mencegah obat mengiritasi lambung. | Obat diminum pada saat perut kosong. Setelah minum obat dalam waktu 1 jam tidak boleh makan makanan atau minuman yang mengandung susu. |
Captopril1 | Makanan dapat menurunkan kadar Captopril dalam darah. | Obat diminum saat perut kosong, 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. |
Captopril1 | Captopril dapat meningkatkan Kalium. | Hindari makanan yang mengandung tinggi kalium seperti pisang atau jeruk bali. Peningkatan Kalium dapat menyebabkan peningkatan detak jantung. |
Ciprofloxacin1 | Makanan yang mengandung Kalsium dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks yang sulit diserap. | Hindari penggunaan bersama makanan yang banyak mengandung Kalsium seperti susu atau yoghurt. |
Omeprazole1 | Makanan dapat menghambat penyerapan Omeprazole. | Obat diminum 30 – 60 menit sebelum makan. |
Rifampicin1 | Makanan dapat menghambat penyerapan obat. | Rifampicin diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. |
Sucralfate1 | Makanan dapat menghambat penyerapan obat. | Sucralfate diminum saat perut kosong, 1 jam sebelum, 2 jam sesudah makan, atau pada malam sebelum tidur. |
Tetracycline3 | Makanan dapat menurunkan penyerapan obat. | Obat diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Hindari penggunaan Tetracycline bersama dengan makanan atau produk susu. |
Tetracycline3 | Produk susu seperti keju dan yoghurt dapat menyebabkan terbentuknya ikatan kompleks sehingga menurunkan penyerapan obat. | Obat diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Hindari penggunaan Tetracycline bersama dengan makanan atau produk susu. |
Theophylline1 | Eliminasi Theophylline meningkat bila digunakan bersama makanan yang menandung tinggi protein. | Hindari minum obat bersama makanan yang mengandung tinggi protein seperti telur. |
Amitriptyline, Clozapine, Haloperidol, Propranolol, Verapamil, Warfarin4 | Minuman mengandung Caffeine seperti kopi atau the dapat menurunkan kecepatan metabolisme obat. | Hindari penggunaan obat bersama minuman yang mengandung Caffeine. |
Pustaka
4 Comments
Bagaimana dengan obat injeksi dan obat oral apakah dapat berinteraksi
Yg selama. Ini sering di abaikan dan di duga tidak akan terjadi karena beda sediaan
Contoh
Antasida tablet dan phenytoin injeksi
Atau Paracetamol infus dan primperan oral
Apakah akan tetap terjd interaksi atau tidak?
Hallo. Terima kasih untuk pertanyaannya. Interaksi antara obat dengan bentuk sediaan yang berbeda seperti obat oral dan obat injeksi dapat terjadi di fase farmakokinetik dan farmakodinamik, namun perlu dinilai kembali dampak interaksi antar obat. Tidak semua interaksi obat yang terjadi perlu penanganan.
Obat Antasida dan Phenytoin dapat berinteraksi, dimana Antasida dapat menurunkan serum konsentrasi Phenytoin, namun tidak diperlukan penanganan khusus karena tingkat keparahannya masih termasuk minor. Pada pasien yang berisiko tinggi dapat dilakukan monitoring kadar Phenytoin.
Paracetamol dan Primperan (Metoclopramide) juga dapat berinteraksi, dimana Metoclopramide dapat meningkatkan serum konsentrasi Paracetamol, namun interaksi ini tidak terlalu berdampak secara klinis, sehingga tidak membutuhkan penanganan khusus.
Salam sehat, apt. Silvia Dwi Puspa Susanti, S.Farm. (Unit Farmasi Klinis)
Apa alasan obat yg terjadi interaksi secara famakokinetik dijarakkan hanya 2 jam?
Hallo. Terima kasih untuk pertanyaannya. Pemberian jarak minum obat selama 2 jam dilakukan untuk mencegah interaksi farmakokinetik pada proses penyerapan melalui saluran cerna. Secara umum waktu pengosongan lambung 1-2 jam, sehingga dengan memberi jarak waktu selama 2 jam diharapkan obat yang lebih dulu diminum telah diserap sehingga tidak berinteraksi pada saluran cerna.