Diare merupakan kondisi yang umum dijumpai pada anak. Secara global, diare masih menjadi salah satu penyebab kematian pada anak, terutama usia <5 tahun. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF mencanangkan tidak ada kasus kematian anak akibat diare pada tahun 2025 melalui pemberian perlindungan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat.1
Diare adalah buang air besar (BAB) cair dengan frekuensi lebih sering dari normalnya atau sebanyak 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Frekuensi BAB normal pada bayi baru lahir dapat mencapai 3-10 kali sehari. Bayi yang mengonsumsi air susu ibu (ASI) biasanya memiliki frekuensi BAB lebih sering daripada bayi yang mengonsumsi susu formula. Seiring bertambahnya usia, bayi dan anak memiliki frekuensi BAB normal 1-2 kali sehari.2
Berdasarkan durasinya, diare pada anak dikategorikan menjadi diare akut (gejala berlangsung <14 hari) dan diare kronis (gejala berlangsung 14 hari atau lebih). Diare akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit. Secara klinis, diare akut dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:3
Pada bayi hingga usia <2 tahun kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi Rotavirus; sedangkan pada anak-anak umumnya disebabkan infeksi bakteri enterotoxigenic Escerichia coli atau Vibrio cholerae. Mikroorganisme penyebab diare cair akut lainnya adalah Cryposporidium dan Norovirus.
Kondisi ini ditandai dengan adanya darah pada tinja. Mikroorganisme penyebab diare berdarah akut adalah Shigella spp., nontyphoidal Salmonella enterica, Campylobacter spp., enteroinvasive Escherichia coli, atau Entamoeba histolytica.
Berikut adalah tanda dan gejala diare akut berdasarkan mikroorganisme penyebabnya:2
Diare akut akibat infeksi virus mudah menular melalui rute fecal-oral, artinya virus yang ada dalam tinja orang yang terinfeksi masuk ke dalam mulut orang lain melalui tangan atau benda yang terkontaminasi virus penyebab diare. Diare akibat infeksi bakteri terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri (misalnya makanan mentah, telur setengah matang, susu non-pasteurisasi).4
Dehidrasi merupakan komplikasi umum diare akut pada anak yang terjadi akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang hilang saat pasien mengalami muntah dan diare. Dehidrasi dikategorikan menjadi 3 derajat yang dapat dilihat pada Tabel 1.2
Tabel 1. Tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan derajatnya2
Tanda klinis | Derajat ringan | Derajat sedang | Derajat berat |
Nadi | Normal | Cepat | Cepat dan lemah |
Tekanan darah sistolik | Normal | Normal hingga rendah | Sangat rendah atau tidak terukur |
Pernapasan | Normal | Dalam, kecepatan dapat meningkat | Dalam, kecepatan meningkat |
Bibir | Sedikit kering | Kering | Pecah-pecah |
Ubun-ubun | Normal | Cekung | Sangat cekung |
Mata | Normal | Cekung | Sangat cekung |
Air mata | Ada | Menurun | Tidak ada |
Turgor kulit* | Normal | Menurun | Sangat menurun |
Urin | Sedikit berkurang | Berkurang | Tidak keluar |
Tanda sistemik | Rasa haus meningkat | Lemas, rewel, gelisah | Mengantuk, apatis, tidak sadar |
Rehidrasi merupakan terapi utama pada diare dengan tujuan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Rehidrasi dilakukan dengan pemberian cairan infus kristaloid secara intravena atau rehidrasi secara oral dengan pemberian Oralit berupa campuran air, garam (Sodium, Potassium, Chloride), dan glukosa. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk yang disiapkan dengan melarutkan 1 bungkus Oralit dalam 200 ml air minum matang. Oralit juga tersedia dalam kemasan siap minum, contohnya Pedialyte.2
Pemantauan derajat dehidrasi harus dilakukan untuk memastikan jumlah dan kecepatan pemberian cairan rehidrasi. Cairan rehidrasi masih diperlukan bila pasien mengalami diare, muntah, atau dehidrasi.
Tabel 2. Volume cairan pengganti (Oralit) untuk kondisi dehidrasi sedang
Usia | Berat badan | Jumlah cairan rehidrasi |
<4 bulan | <5 kg | 200–400 ml |
4-12 bulan | 5-8 kg | 400–600 ml |
1-2 tahun | 8-11 kg | 600-800 ml |
2-4 tahun | 11-16 kg | 800-1200 ml |
5-14 tahun | 16-30 kg | 1200-2200 ml |
Secara umum, antibiotik tidak diperlukan dalam penanganan diare akut pada anak. Antibiotik dapat diberikan pada diare akibat infeksi bakteri jika penyebab diare spesifik ditemukan atau diduga kuat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada penanganan diare tidak akan memperbaiki kondisi diare, justru dapat menimbulkan efek samping dan kekebalan kuman terhadap antibiotik.2
Obat antidiare seperti Kaolin-Pectin, Attapulgite, Smectite, dan Loperamide tidak direkomendasikan untuk mengatasi diare akut pada bayi dan anak karena manfaatnya tidak lebih tinggi dibanding risiko. Terapi Loperamide harus dihindari pada anak usia 2 tahun karena berisiko menyebabkan efek samping berupa denyut jantung tidak teratur, memperlambat pernapasan, dan ileus (gangguan pergerakan usus). Penggunaan antidiare yang tidak tepat akan menghambat keluarnya racun dari dalam tubuh serta meningkatkan risiko efek samping obat.2
WHO merekomendasikan pemberian suplemen Zinc yang merupakan mineral penting untuk membantu pertumbuhan anak dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pemberian suplemen Zinc dapat mengurangi keparahan dan durasi diare serta mencegah kejadian diare di kemudian hari. Dosis Zinc untuk anak usia <6 bulan adalah 10 mg per hari, sedangkan untuk anak usia 6 bulan atau lebih adalah 20 mg per hari. Suplemen Zinc diberikan satu kali sehari selama 10-14 hari.2
Suplemen Zinc tersedia dalam 3 jenis bentuk sediaan, yaitu:
Penelitian menunjukkan pemberian probiotik dengan kandungan bakteri Lactobacillus dapat memperpendek durasi diare yang disebabkan oleh infeksi virus jika diberikan segera setelah gejala muncul. Meskipun demikian, hingga saat ini WHO belum merekomendasikan pemberian Probiotik sebagai terapi yang harus diberikan saat anak diare.4
Anak dengan diare harus tetap mendapatkan asupan makanan untuk mencegah penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi. Berikut rekomendasi terkait pemberian nutrisi pada diare akut:2
Berikut adalah tindakan pencegahan penularan dan perlindungan agar anak tidak mengalami diare akut:1,2
Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang tepat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala berikut:2
Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan dan tumbuh kembang anak bersama dokter spesialis anak RKZ Surabaya. Jadwal klinik dokter spesalis anak: https://rkzsurabaya.com/dokter-spesialis-anak/