Diare Akut pada Anak

Mamografi dan Kanker Payudara
November 1, 2023
Farmakokinetika Pada Geriatri
December 26, 2023

Diare dapat menyebabkan dehidrasi yang berdampak serius bila tidak ditangani. Berikut tanda dan gejala, pencegahan, serta penanganan diare akut pada anak.

https://www.123rf.com/clipart-vector/diarrhoea.html

Diare merupakan kondisi yang umum dijumpai pada anak. Secara global, diare masih menjadi salah satu penyebab kematian pada anak, terutama usia <5 tahun. Oleh karena itu, WHO dan UNICEF mencanangkan tidak ada kasus kematian anak akibat diare pada tahun 2025 melalui pemberian perlindungan, pencegahan, dan pengobatan yang tepat.1

Definisi

Diare adalah buang air besar (BAB) cair dengan frekuensi lebih sering dari normalnya atau sebanyak 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Frekuensi BAB normal pada bayi baru lahir dapat mencapai 3-10 kali sehari. Bayi yang mengonsumsi air susu ibu (ASI) biasanya memiliki frekuensi BAB lebih sering daripada bayi yang mengonsumsi susu formula. Seiring bertambahnya usia, bayi dan anak memiliki frekuensi BAB normal 1-2 kali sehari.2

Klasifikasi dan penyebab

Berdasarkan durasinya, diare pada anak dikategorikan menjadi diare akut (gejala berlangsung <14 hari) dan diare kronis (gejala berlangsung 14 hari atau lebih). Diare akut umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit. Secara klinis, diare akut dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:3

Diare cair akut

Pada bayi hingga usia <2 tahun kondisi ini umumnya disebabkan oleh infeksi Rotavirus; sedangkan pada anak-anak umumnya disebabkan infeksi bakteri enterotoxigenic Escerichia coli atau Vibrio cholerae. Mikroorganisme penyebab diare cair akut lainnya adalah Cryposporidium dan Norovirus.

Diare berdarah akut atau disebut disentri

Kondisi ini ditandai dengan adanya darah pada tinja. Mikroorganisme penyebab diare berdarah akut adalah Shigella spp., nontyphoidal Salmonella enterica, Campylobacter spp., enteroinvasive Escherichia coli, atau Entamoeba histolytica.

Tanda dan gejala diare akut

Berikut adalah tanda dan gejala diare akut berdasarkan mikroorganisme penyebabnya:2

  • Infeksi virus ditandai dengan BAB cair tanpa adanya darah pada tinja, mual atau muntah, demam (suhu tubuh >38⁰C), nyeri perut, sakit kepala, dan nyeri sendi. Diare akibat infeksi virus biasanya berlangsung selama 5-7 hari dan akan sembuh dengan sendirinya.
  • Infeksi bakteri memiliki gejala yang sulit dibedakan dengan diare akibat infeksi virus. Diare akut akibat infeksi bakteri ditandai adanya darah atau lendir pada tinja dan demam yang menetap (suhu tubuh >40⁰C).

Penularan

Diare akut akibat infeksi virus mudah menular melalui rute fecal-oral, artinya virus yang ada dalam tinja orang yang terinfeksi masuk ke dalam mulut orang lain melalui tangan atau benda yang terkontaminasi virus penyebab diare. Diare akibat infeksi bakteri terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri (misalnya makanan mentah, telur setengah matang, susu non-pasteurisasi).4 

Komplikasi

Dehidrasi merupakan komplikasi umum diare akut pada anak yang terjadi akibat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang hilang saat pasien mengalami muntah dan diare. Dehidrasi dikategorikan menjadi 3 derajat yang dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1. Tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan derajatnya2

Tanda klinisDerajat ringanDerajat sedangDerajat berat
NadiNormalCepatCepat dan lemah
Tekanan darah sistolikNormalNormal hingga rendahSangat rendah atau tidak terukur
PernapasanNormalDalam, kecepatan dapat meningkatDalam, kecepatan meningkat
BibirSedikit keringKeringPecah-pecah
Ubun-ubunNormalCekungSangat cekung
MataNormalCekungSangat cekung
Air mataAdaMenurunTidak ada
Turgor kulit*NormalMenurunSangat menurun
UrinSedikit berkurangBerkurangTidak keluar
Tanda sistemikRasa haus meningkatLemas, rewel, gelisahMengantuk, apatis, tidak sadar
*Turgor kulit dinilai dengan mencubit sedikit kulit perut, jika kulit tidak segera kembali setelah dilepaskan, artinya turgor kulit menurun.

Pengobatan

Rehidrasi

Rehidrasi merupakan terapi utama pada diare dengan tujuan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang. Rehidrasi dilakukan dengan pemberian cairan infus kristaloid secara intravena atau rehidrasi secara oral dengan pemberian Oralit berupa campuran air, garam (Sodium, Potassium, Chloride), dan glukosa. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk yang disiapkan dengan melarutkan 1 bungkus Oralit dalam 200 ml air minum matang. Oralit juga tersedia dalam kemasan siap minum, contohnya Pedialyte.2

  • Dehidrasi ringan: Oralit diberikan setiap kali diare atau muntah sebanyak 50-100 ml untuk anak usia £2 tahun dan 100-200 ml untuk anak usia >2 tahun.
  • Dehidrasi sedang: Oralit diberikan dalam waktu 3-4 jam pertama dengan volume 100 ml/kg berat badan atau disesuaikan dengan usia dan berat badan pasien (Tabel 2). Setelah dehidrasi teratasi, Oralit diberikan setiap kali diare atau muntah sebanyak 50-100 ml untuk anak hingga usia 2 tahun dan 100-200 ml untuk anak usia >2 tahun.
  • Dehidrasi berat: Cairan infus kristaloid isotonis seperti Ringer Lactate atau Sodium Chloride 0,9% sebanyak 30 ml/kg berat badan diberikan secara IV bolus selama 30 menit untuk anak usia 1 tahun atau lebih dan 1 jam untuk anak usia <1 tahun, diikuti dengan 70 ml/kg berat badan selama 2,5 jam untuk anak usia 1 tahun atau lebih dan 5 jam untuk anak usia <1 tahun.

Pemantauan derajat dehidrasi harus dilakukan untuk memastikan jumlah dan kecepatan pemberian cairan rehidrasi. Cairan rehidrasi masih diperlukan bila pasien mengalami diare, muntah, atau dehidrasi.

Tabel 2. Volume cairan pengganti (Oralit) untuk kondisi dehidrasi sedang

UsiaBerat badanJumlah cairan rehidrasi
<4 bulan<5 kg200–400 ml
4-12 bulan5-8 kg400–600 ml
1-2 tahun8-11 kg600-800 ml
2-4 tahun11-16 kg800-1200 ml
5-14 tahun16-30 kg1200-2200 ml

Obat-obatan

Antibiotik

Secara umum, antibiotik tidak diperlukan dalam penanganan diare akut pada anak. Antibiotik dapat diberikan pada diare akibat infeksi bakteri jika penyebab diare spesifik ditemukan atau diduga kuat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada penanganan diare tidak akan memperbaiki kondisi diare, justru dapat menimbulkan efek samping dan kekebalan kuman terhadap antibiotik.2

Antidiare

Obat antidiare seperti Kaolin-Pectin, Attapulgite, Smectite, dan Loperamide tidak direkomendasikan untuk mengatasi diare akut pada bayi dan anak karena manfaatnya tidak lebih tinggi dibanding risiko. Terapi Loperamide harus dihindari pada anak usia 2 tahun karena berisiko menyebabkan efek samping berupa denyut jantung tidak teratur, memperlambat pernapasan, dan ileus (gangguan pergerakan usus). Penggunaan antidiare yang tidak tepat akan menghambat keluarnya racun dari dalam tubuh serta meningkatkan risiko efek samping obat.2

Zinc

WHO merekomendasikan pemberian suplemen Zinc yang merupakan mineral penting untuk membantu pertumbuhan anak dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Pemberian suplemen Zinc dapat mengurangi keparahan dan durasi diare serta mencegah kejadian diare di kemudian hari. Dosis Zinc untuk anak usia <6 bulan adalah 10 mg per hari, sedangkan untuk anak usia 6 bulan atau lebih adalah 20 mg per hari. Suplemen Zinc diberikan satu kali sehari selama 10-14 hari.2

Suplemen Zinc tersedia dalam 3 jenis bentuk sediaan, yaitu:

  • Tablet dispersible (1 tablet mengandung 20 mg Zinc) yang digunakan dengan cara dilarutkan dalam 1 sendok makan air atau ASI.
  • Sirup (mengandung Zinc 10 mg/5ml atau 20 mg/5 ml)
  • Drop/tetes (mengandung Zinc 10 mg/ml)

Probiotik

Penelitian menunjukkan pemberian probiotik dengan kandungan bakteri Lactobacillus dapat memperpendek durasi diare yang disebabkan oleh infeksi virus jika diberikan segera setelah gejala muncul. Meskipun demikian, hingga saat ini WHO belum merekomendasikan pemberian Probiotik sebagai terapi yang harus diberikan saat anak diare.4

Nutrisi

Anak dengan diare harus tetap mendapatkan asupan makanan untuk mencegah penurunan berat badan dan kekurangan nutrisi. Berikut rekomendasi terkait pemberian nutrisi pada diare akut:2

  • Bayi yang mengonsumsi ASI maka pemberian ASI dapat dilanjutkan selama diare untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.  
  • Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada bayi usia >6 bulan dapat dilanjutkan.
  • Jenis makanan yang disarankan adalah karbohidrat kompleks, seperti nasi, kentang, tepung, atau roti. Makanan yang mengandung tinggi lemak sebaiknya dihindari karena sulit untuk dicerna.

Pencegahan dan perlindungan

Berikut adalah tindakan pencegahan penularan dan perlindungan agar anak tidak mengalami diare akut:1,2

  • Pemberian vaksinasi Rotavirus. Imunisasi Rotavirus diberikan secara oral dengan dosis 0,5 ml (5 tetes) sebanyak 3 dosis, yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Imunisasi Rotavirus harus dilengkapi paling lambat hingga bayi berusia 6 bulan.
  • Memastikan kebersihan makanan, minuman, dan lingkungan
  • Mencuci tangan dengan air dan sabun antiseptik selama 15-30 detik, bilas, dan keringkan tangan. Cuci tangan dilakukan saat mengganti popok atau setelah menyentuh benda yang kotor, sebelum atau sesudah menyiapkan makanan, setelah dari kamar mandi, atau setelah bersentuhan dengan hewan.
  • Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan MPASI pada usia 6 bulan-2 tahun yang adekuat
  • Pemberian Vitamin A pada anak usia >6 bulan setiap 6 bulan sekali hingga usia 5 tahun. Dosis Vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk usia 2 bulan atau lebih.

Kapan perlu mencari pertolongan medis?

Segera bawa anak ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang tepat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala berikut:2

  • Diare berdarah
  • Dehidrasi sedang hingga berat
  • Nyeri perut yang menetap dan parah
  • Perubahan perilaku seperti lesu atau penurunan daya tanggap
  • Muntah hebat dan berulang
  • Anak menolak untuk makan dan minum

Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan dan tumbuh kembang anak bersama dokter spesialis anak RKZ Surabaya. Jadwal klinik dokter spesalis anak: https://rkzsurabaya.com/dokter-spesialis-anak/

DAFTAR PUSTAKA

  1. World Health Organization (WHO) dan The United Nations Children’s Fund (UNICEF), 2013, End Preventable Deaths: Global Action Plan for Prevention and Control of Pneumonia and Diarrhoea, WHO library cataloguing-in-Publication Data, Switzerland.
  2. O’Ryan, M. G dan Jason L., 2022. Patient education: Acute diarrhea in Children (Beyond the Basics), Tersedia dalam: https://www.uptodate.com/contents/acute-diarrhea-in-children-beyond-the-basics
  3. Harris, J.B., et al., 2023. Approach to the child with acute diarrhea in resource-limited Settings. Tersedia dalam: https://www.uptodate.com/contents/approach-to-the-child-with-acute-diarrhea-in-resource-limited-settings
  4. Gerson, J.B., 2023, Gastroenteritis in Children, MSD Manual Consumer version. Tersedia dalam: https://www.msdmanuals.com/home/children-s-health-issues/gastrointestinal-disorders-in-children/gastroenteritis-in-children

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *