RETINOPATI DIABETES, SKRINING !!!

IMUNISASI BAYI UNTUK BUAH HATI
October 5, 2018
DIET ALERGI PADA ANAK
October 7, 2018

retinopati diabetes

Banyak orang Indonesia yang sudah bertahun-tahun menderita Retinopati diabetes tidak pernah memeriksakan kondisi matanya, kejadian ini menjadi fakta yang terjadi di masyarakat Indonesia. Namun yang perlu menjadi perhatian dan diwaspadai, retinopati diabetika pada tahap kerusakan awal tidak diiringi dengan munculnya keluhan apapun.

 

Retinopati Diabetes

Diabetes merupakan penyakit multidisiplin dimana bisa menimbulkan komplikasi. Target kerusakan yang diakibatkan dari diabetes sangat banyak. Mulai dari otak, mata, jantung, ginjal, bahkan sistem saraf. Spesialis Mata RS Katolik St Vincentius a Paulo Surabaya, dr Gregorius Teguh Susilo mengatakan, dari 5 target organ yang mengalami kerusakan akibat diabetes, mata adalah organ pertama yang paling terdampak. “Meskipun tidak menutup kemungkinan pada organ lain”, imbuhnya. Namun,dengan pemeriksaan mata, dokter mata akan mengetahui sampai sejauh mana kerusakan yang diakibatkan dari diabetes. Hal ini dikarenakan mata adalah satu-satunya organ tubuh yang dapat dilihat langsung pembuluh darahnya. “Dari situ bisa dilihat kerusakan sudah sampai mana”,  jelas dr Susilo.

RISIKO TERJADINYA RETINOPATI DIABETES

Kerusakan retina yang disebabkan oleh diabetes disebut juga retinopati diabetika. Kelainan ini juga menyebabkan kebutaan pada penderita diabetes. Retinopati diabetes terjadi karena adanya kebocoran pembuluh darah kecil pada retina.  Kebocoran diakibatkan dari kelainan pembuluh darah yang menyebabkan mikronaeurisma, perdarahan, kebocoran, munculnya pembuluh darah baru yang tidak normal hingga tarikan terhadap retina. Secara umum tidak ada gejala seperti nyeri yang ditimbulkan. “Salah satu yang mungkin terasa penglihatan yang turun seperti kabur. Tapi karena biasanya orang yang diabet sudah usia lanjut, hal itu dianggap wajar saja dan tidak diperiksakan lebih lanjut”, jelas dr Susilo. Tidak semua pasien diabetes dipastikan akan mengalami ini (retinopati diabetika). Namun tetap harus diwaspadai.

Risiko terjadinya retinopati diabetes tidak hanya tergantung dari lamanya penyakit dan tingginya kadar gula darah, namun juga penyerta yang lainnya seperti tekanan darah tinggi, lemak darah yang tinggi, kerusakan ginjal, kehamilan, merokok dan yang lainnya. Sebuah fakta bahwa kebanyakan orang Indonesia yang sudah bertahun-tahun menderita diabetes tidak pernah memeriksakan kondisi matanya. Namun yang perlu menjadi perhatian dan diwaspadai, retinopati diabetika pada tahap kerusakan awal tidak diiringi dengan munculnya keluhan apapun. “Mata tidak akan kabur atau merasa apapun, padahal di dalam mata sudah terjadi pendarahan dan kerusakan”, jelas dr Susilo. Pada tahap ini, jika segera dilakukan tindakan laser, kebutaan bisa dicegah.

KAPAN SEHARUSNYA SKRINING DILAKUKAN?

Pada penderita diabetes yang belum mengalami pubertas, disampaikan oleh dr Susilo, risiko kerusakan retina mata karena diabet kecil sekali, bahkan hampir tidak ada pengaruhnya. “Tapi ketika sudah memasuki usia pubertas akan terakselerasi”, lanjutnya. Oleh karena itu skrining mata untuk penderita diabetes dilakukan saat sudah mengalami pubertas. Ditegaskan oleh dr Susilo, “Jika ada anak yang menderita diabetes sebelum pubertas, tidak perlu segera skrining retonopati diabetika karena tidak terlalu ada value. Namun setelah pubertas, sebaiknya harus segera dilakukan. Sebagai gambaran di UK skrining wajib bagi penderita diabetes mulai usia 13 tahun”.

Penderita diabetes seharusnya dijadwalkan untuk pemeriksaan retina minimal sekali dalam satu tahun atau akan lebih baik jika dilakukan lebih sering jika sudah terdiagnosa adanya retinopati diabetika.  Bagi perempuan hamil dengan diabetes pemeriksaan retina dijadwalkan pada tiap trimester kehamilan, dan 3-9 bulan setelah melahirkan. Hal ini perlu dilakukan karena retinopati dapat berkembang dengan cepat selama kehamilan hingga 1 tahun setelah melahirkan. Secara umum, hasil pemeriksaan skrining dibagi menjadi 2, yaitu No Diabetic Retinopathy (NDR) dan Diabetic Retinopathy. Pada NDR, kondisi sudah diabetes belum ada gambaran retinopati diabetika pada mata. Sedangkan diabetic Retinopathy, sudah ada gambaran kerusakan retina akibat diabetes.

NON PROLIFERACTIVE DIABEIC RETINOPATHY dan PROLIFERATIVE DIABETIC RETINOPATHY

Diabetic retinopathy sendiri dibagi menjadi 2, yaitu Non Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR) terbagi atas: mild, moderate, severe, dan Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR), dengan tahapan early, high risk, dan advanced. Tindakan lanjutan jika dokter mendeteksi adanya retinopati diabetika adalah pengobatan dengan modalitas utama adalah laser fotokoagulasi. Dokter akan menyarankan tindakan laser bila menjumpai retinopati diabetika minimal pada tahap severe NPDR, namun keputusan untuk melakukan tidakan laser terkadang juga harus memperhitungkan kondisi pasien. “Misalnya pada kondisi ekstrim pasien masih dalam tahap moderate NPDR, namun pasien berada jauh dari pusat layanan pengobatan, baru dapat datang kontrol 5 tahun lagi atau bahkan belum tentu dapat datang kontrol, kadar gula darah tidak terkendali dengan baik, disertai penyerta lain yaitu tekanan darah tinggi tidak terkendali, lemak darah yang tinggi, merokok, maka dokter akan mempertimbangkan untuk menawarkan kepada pasien untuk dilakukan tindakan laser”, jelas dokter yang hobi membaca ini.

 

Untuk Informasi seputar Retinopati Diabetes, Konsultasikan dengan Spesialis Mata RKZ Surabaya

Layanan Klinik Mata RKZ Surabaya

031-2952355 atau 081-9900-9900-7

 

Comments are closed.