Enteral feeding tube (EFT) digunakan untuk mempertahankan asupan nutrisi ketika asupan per oral tidak adekuat atau ketika akses saluran cerna terbatas. Selain untuk memberikan nutrisi dan cairan, EFT juga umum digunakan untuk pemberian obat-obatan.
Administrasi obat melalui EFT memerlukan perhatian khusus karena:1
Faktor- faktor berikut ini perlu dipertimbangkan sebelum memberikan obat melalui EFT.
Diameter luar tube menggunakan satuan French (Fr) dimana 1 Fr setara dengan 0,33 mm. Tube kecil berukuran 5-12 Fr, sedangkan tube besar berukuran >14 Fr. Pemilihan ukuran tube disesuaikan dengan usia atau ukuran tubuh seseorang.1,2
Problem administrasi:
Tube kecil dan panjang cenderung mudah tersumbat oleh partikel obat yang besar atau sirup yang kental. Ukuran tube yang sesuai untuk pemberian obat adalah minimal 8 Fr. Pemilihan bentuk sediaan obat dan pembilasan tube sebelum dan setelah pemberian obat merupakan hal penting untuk mencegah adanya sumbatan tube.2
Feeding tube dapat terbuat dari bahan polyvinylchloride (PVC), polyurethane (PUR), silikon, atau lateks. Bahan silikon dan lateks memiliki karakteristik lebih lentur dan fleksibel dibanding PVC dan PUR.1
Problem administrasi:2
Terdapat 6 jenis rute pemasangan feeding tube, dapat dilihat pada Tabel 1. Pemilihan jenis feeding tube ini didasarkan pada durasi pemberian asupan nutrisi dan bagian saluran cerna yang akan menerima makanan. Nasoenteric tube umumnya digunakan dalam jangka pendek (hari – minggu), sedangkan ostomy tube digunakan untuk jangka panjang (bulan – tahun).1
Tabel 1. Jenis EFTberdasarkan rute1,3
Jenis Feeding Tube | Rute | Metode pemasangan |
Nasogastric Tube (NGT) | Masuk ke dalam lambung melalui hidung | Tanpa bantuan endoskopi atau radiologi |
Nasoduodenum Tube (NDT) | Masuk ke dalam duodenum melalui hidung | Umumnya dengan bantuan endoskopi atau radiologi |
Nasojejunal Tube (NJT) | Masuk ke dalam jejunum melalui hidung | Dengan endoskopi atau radiologi |
Gastrostomy Tube | Masuk ke dalam lambung melalui dinding abdomen | Dengan endoskopi (percutaneous endoscopic gastrostomy/PEG), radiologi, atau pembedahan |
Jejunostomy Tube | Masuk ke dalam jejunum melalui dinding abdomen | Dengan endoskopi (percutaneous endoscopic jejunostomyi/PEJ), radiologi, atau pembedahan |
Gastrojejunostomy Tube | Masuk ke dalam lambung melalui dinding abdomen hingga jejunum | Dengan endoskopi (percutaneous endoscopic gastrojejunostomy/PEGJ) |
Problem administrasi:1,2
Absorpsi obat bergantung pada kelarutan obat yang ditentukan oleh pH dan kemampuannya untuk menembus mukosa usus. Sebagian besar obat mengalami absorpsi di jejunum, namun ujung EFT dapat terletak pada lambung, duodenum atau jejunum.
Evektivitas obat yang mengalami fase absorpsi optimal di lambung (contoh Ketoconazole) serta obat yang bekerja lokal di lambung (contoh Antasida atau Sucralfate) akan berkurang bila diadministrasikan langsung pada jejunum atau duodenal. Oleh karena itu, perlu dipastikan letak ujung tube tidak melewati tempat penyerapan obat.
EFT dapat terdiri dari beberapa lumen. Lumen untuk aspirasi atau drainase tidak boleh digunakan untuk pemberian obat-obatan.2
Obat berupa larutan atau tablet yang mudah larut merupakan bentuk sediaan yang lebih dipilih untuk pemberian melalui EFT. Menghancurkan tabet atau membuka cangkang kapsul dipilih jika alternatif bentuk sediaan lainnya tidak tersedia.1
Tabel 2. Pemilihan bentuk sediaan obat melalui EFT.
Dapat diadministrasikan melalui EFT | Tidak dapat diadministrasikan melalui EFT |
Larutan dan suspensi | Tablet/ kapsul salut enterik (enteric coated) |
Tablet dispersi (dispersible tablet) | Tablet/ kapsul lepas lambat (controlled release) |
Tablet effervescent | Tablet hisap, bukal, dan sublingual |
Tablet kempa (immediate release) | Tablet kunyah (chewable tablet) |
Tablet cepat larut (orodispersible tablet) | Sediaan injeksi |
Kapsul gelatin keras | Kapsul gelatin lunak |
Obat dalam bentuk larutan merupakan sediaan utama yang dipilih apabila pasien menggunakan EFT karena siap pakai, mudah diukur, jarang menimbulkan sumbatan tube, dan bersifat homogen sehingga memungkinkan pemberian dosis yang akurat. Meskipun demikian, sediaan larutan juga memiliki kelemahan antara lain:1,2,4
Keuntungan sediaan suspensi adalah mudah diukur dan siap pakai, sedangkan kelemahannya adalah ukuran partikel obat yang besar dalam suspensi berisiko menyumbat tube dan diperlukan pengocokan yang adekuat untuk memastikan dosis akurat.1
Jenis tablet dan kapsul yang dapat diadministrasikan melalui EFT dapat dilihat pada Tabel 3.
Tablel 3. Jenis tablet dan kapsul yang dapat diberikan melalui EFT.
Jenis tablet | Contoh obat | Langkah penyiapan* |
Tablet kempa | Paracetamol tablet, CPG, Theragran-M | Gerus tablet hingga menjadi serbuk halus lalu larutkan dengan 15-30 ml air. Penggerusan tablet sitostatika dan hormon dilakukan di ruang handling sitostatika untuk mencegah paparan zat aktif obat terhadap petugas.5 |
Tablet effervescent | CDR, Redoxon | Larutkan tablet ke dalam 50 ml air.5 |
Tablet dispersi | Zinc tablet, Harnal-D, Madopar dispersible, Nexium | Campurkan tablet ke dalam 10-15 ml air dan biarkan hingga larut sempurna.1 |
Tablet cepat larut | Brainact O-dis, Ondavell ODT, Vometa FT | Campurkan tablet ke dalam 10-15 ml air dan biarkan hingga larut sempurna.1 |
Kapsul gelatin keras | Clindamycin kapsul, Celebrex | Buka cangkang kapsul lalu campurkan serbuk dengan 15 ml air hingga larut sempurna.1 |
Jenis tablet dan kapsul yang tidak dapat diadministrasikan melalui EFT yaitu:
Bentuk sediaan salut enterik dirancang untuk melepaskan zat aktif di usus. Hal ini bertujuan untuk melindungi zat aktif dari kerusakan asam lambung atau melindungi lambung dari obat-obatan yang mengiritasi saluran cerna. Penggerusan tablet atau kapsul salut enterik dapat merusak desain formulasi obat sehingga zat aktif dapat rusak atau mengiritasi saluran cerna dan berisiko menyebabkan sumbatan tube.1
Contoh: Bisacodyl, Voltaren, Salofalk, obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI).
Sediaan ini diformulasikan untuk melepaskan zat aktif secara perlahan seiring waktu. Penggerusan tablet/kapsul modified release (MR) akan memengaruhi profil farmakokinetik obat dan menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam plasma secara cepat dan meningkatkan kejadian efek samping obat.1 Bentuk sediaan ini biasanya ditandai dengan kode tertentu di akhir nama obat yaitu: SR, XR, MR, CR, ER, XL, LA, CD, OROS, OCAS, Retard.
Contoh: Miozidine MR, Glumin XR, Adalat OROS, Harnal OCAS
Tablet bukal dan sublingual didesain untuk diserap melalui mukosa mulut sehingga dapat melewati metabolisme lintas pertama di hati agar obat dapat langsung menuju ke peredaran darah dan mempercepat onset. Pemberian melalui EFT akan mengurangi absorpsi dan bioavaliabilitas obat sehingga efektivitas obat akan turun atau onset tertunda.1
Contoh: Isosorbide dinitrate tablet sublingual, Farsorbid 5 mg tablet sublingual
Bentuk sediaan ini dirancang agar tablet larut secara perlahan dalam mukosa mulut untuk menimbulkan efek lokal atau sistemik. Tablet dengan efek sistemik seperti vitamin akan diabsorpsi secara bukal atau ketika ditelan. Penggerusan tablet dengan efek lokal seperti dekongestan atau antiseptik akan menyebabkan efek lokal di mulut atau tenggorokan tidak tercapai.
Contoh: FG Troches
Tidak ada informasi spesifik terkait administrasi tablet kunyah melalui EFT. Tablet kunyah yang dirancang untuk mempermudah pemberian tablet pada pasien yang kesulitan menelan tablet atau mempercepat pelepasan zat aktif seperti Aspilets chewable dan Maltofer chewable dapat digerus. Namun, beberapa tablet kunyah yang bertujuan untuk diabsorpsi melalui mukosa mulut seperti Tegretol chewtabs absorpsinya akan menurun bila digerus dan diberikan melalui EFT.1
Obat-obatan yang disajikan dalam kapsul gelatin lunak biasanya kurang larut dalam air sehingga dikemas dalam larutan berminyak di dalam kapsul. Cangkang kapsul lunak dapat dibuka dan isi kapsul dapat dikeluarkan menggunakan jarum spuit. Namun, metode ini tidak dapat menjamin keakuratan dosis karena bergantung pada keterampilan petugas yang melakukan pengambilan obat. Oleh karena itu, bentuk sediaan ini sebaiknya tidak diberikan melalui EFT.1
Contoh: Kapsul minyak ikan, Ever E 250
Pemberian obat injeksi melalui EFT tidak direkomendasikan karena:1,5
Interaksi obat dengan tube, obat dengan nutrisi enteral, maupun obat dengan obat dapat memengaruhi bioavaliabilitas obat. Interaksi obat perlu diperhatikan terutama untuk obat dengan indeks terapi sempit, contoh: Digoxin, Phenytoin, dan Warfarin.1
Tabel 4. Potensi interaksi obat pada pemberian melalui EFT1,4
Jenis interaksi | Mekanisme | Contoh obat | Manajemen |
Obat dengan tube | Obat teradsorpsi dalam material tube, sehingga efektivitasnya menurun | Carbamazepine, Diazepam, Phenytoin | Encerkan obat dengan 30 – 60 ml air lalu bilas tube dengan 15 – 30 ml air |
Obat dengan nutrisi enteral | Obat mengubah konsistensi makanan dan menyebabkan sumbatan pada tube | Sucralfate, obat yang bersifat asam. | Encerkan obat dengan air lalu bilas tube dengan baik |
Obat dengan nutrisi enteral | Pembentukan ikatan kompleks obat-protein yang tidak larut sehingga akan menurunkan absorpsi obat | Carbamazepine, Phenytoin, Theophylline, Ciprofloxacin, Tetracycline | Hentikan pemberian nutrisi enteral 2 jam sebelum dan 2 jam sesudah pemberian obat dan lakukan pembilasan tube dengan 15 – 30 ml air sebelum dan sesudah pemberian obat |
Obat dengan nutrisi enteral | Penurunan efektivitas obat akibat interaksi secara tidak langsung | Warfarin dengan Vitamin K dalam nutrisi enteral. | Monitoring nilai INR berkala dan lakukan penyesuaian dosis Warfarin sesuai kebutuhan, atau penggantian antikoagulan lain dengan rute parenteral |
Obat dengan obat | Pembentukan ikatan kompleks yang menurunkan efektivitas obat | Ciprofloxacin dengan kation Fe pada suplemen besi atau kation Zn pada suplemen Zinc. | Obat diberikan dengan jeda 1-2 jam |
Daftar Pustaka
Info Layanan RKZ Surabaya https://rkzsurabaya.com/info-layanan/