Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu ≥140/90 mmHg.
SBP/DBP* (mmHg) | Protokol Pengukuran | |
Fasilitas Kesehatan (Faskes) | ≥140/90 | Diagnosis hipertensi ditegakkan jika nilai tekanan darah dari 2-3 kali kunjungan dengan selang waktu 1-4 minggu menunjukkan ≥140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan hanya dengan 1 kali kunjungan ke faskes jika tekanan darah ≥180/110 mmHg dan terdapat bukti adanya penyakit lain seperti serangan jantung, gagal jantung hingga stroke. |
Keterangan: *Sistolic Blood Pressure (SBP) dan Diastolic Blood Pressure (DBP)
Klasifikasi Hipertensi | SBP (mmHg) | DBP (mmHg) |
Normal | <130 | <85 |
Prehipertensi | 130-139 | 85-89 |
Hipertensi Tahap 1 | 140-159 | 90-99 |
Hipertensi Tahap 2 | ≥160 | ≥100 |
Hipertensi disebut sebagai “Silent Killer” karena sering tanpa keluhan, tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Gejala umum yang sering dialami adalah :
Hipertensi berat dapat menyebabkan kelelahan, mual, muntah, kebingungan, kecemasan, nyeri dada, dan tremor otot.
Serangan jantung yang terjadi ketika suplai darah ke jantung tersumbat dan sel otot jantung mati karena kekurangan oksigen. Semakin lama aliran darah tersumbat, semakin besar kerusakan pada jantung.
Terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke organ tubuh vital lainnya.
Dapat menyebabkan kematian mendadak.
Tersumbatnya arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak berisiko menyebabkan arteri pecah dan menyebabkan stroke.
Hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal terminal dan mengakibatkan pasien harus menjalani cuci darah.
Pembuluh darah arteri pada retina mengalami penyempitan, terjadi akumulasi darah, dan lemak pada retina hingga pendarahan.
Terapi hipertensi terdiri dari perbaikan pola hidup dan penggunaan obat anti hipertensi, keduanya memiliki peranan penting untuk mencapai target terapi.
Komplikasi | Target Tekanan Darah (mmHg) |
Penyakit jantung koroner | <130/80 |
Penyakit stroke | <130/80 |
Penyakit gagal jantung | <130/80 |
Penyakit gagal ginjal kronis | <130/80 |
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) | <130/80 |
Penyakit diabetetes mellitus (DM) | <130/80 |
Usia >60 tahun dengan komplikasi jantung koroner, stroke, gagal ginjal, PPOK, DM | <140/80 |
Keterangan: *IMT (Indeks Massa Tubuh)
Contoh Obat | Captopril, Lisinopril, Ramipril |
Aturan pakai | Captopril diberikan sebelum makan. Penggunaan Lisinopril dan Ramipril dapat diberikan sebelum makan atau sesudah makan. |
Efek samping | Ruam kulit, batuk kering, pusing (terutama saat pemakaian pertama untuk Captopril). |
Contoh Obat | Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, dan Telmisartan |
Aturan pakai | Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan. |
Efek samping | Pusing, diare, batuk kering. |
Contoh obat | Amlodipine, Nifedipine, Nicardipine, Diltiazem dan Verapamil |
Aturan pakai | Obat dapat diminum sebelum atau sesudah makan. |
Efek samping | Edema, mual, pusing. |
Contoh obat | Bisoprolol, Atenolol, Propranolol dan Nebivolol |
Aturan pakai | Propranolol sebaiknya diminum saat perut kosong. Penggunaan Bisoprolol, Atenolol, dan Nebivolol tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diminum sebelum atau sesudah makan. |
Efek samping | Diare, sembelit, pusing, mual, sakit kepala. |
Contoh obat | Furosemide, Spironolactone dan Hydrochlorothiazide (HCT) |
Aturan pakai | Berikan di pagi hari untuk menghindari buang air kecil di malam hari. |
Efek samping | Payudara laki-laki lebih besar dari pada umumnya (pada pasien yang menerima Spironolactone dosis tinggi, misalnya ≥150 mg/hari). |
Contoh obat | Doxazosin, Terazosin |
Aturan pakai | Berikan pada waktu yang sama setiap hari. Dosis pertama sebaiknya diminum sebelum tidur untuk mencegah terjadinya efek samping pusing, kecuali diarahkan oleh dokter. |
Efek samping | Pusing (risiko ini tinggi saat pertama kali menggunakan obat Doxazosin), kelelahan, malaise, vertigo, edema, nyeri perut, mengantuk, sakit kepala, sering buang air kecil. |
Informasi tentang obat antihipertensi selama kehamilan dan menyusui cukup bervariasi. Apabila obat antihipertensi diperlukan, konsultasikan kepada dokter untuk memastikan keamanan obat antihipertensi pada kehamilan dan menyusui.