Hiperurisemia merupakan kondisi ketika nilai asam urat >6,8 mg/dl di dalam darah. Meski tidak semua pasien hiperurisemia bergejala, namun kondisi tersebut berhubungan dengan penyakit gout dan batu ginjal. Gout merupakan salah satu bentuk radang pada persendian yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
Beberapa tanda dan gejala ketika pasien mengalami serangan gout, antara lain:2,3
Gejala kronis seperti kelainan bentuk sendi dan keterbatasan gerak dapat terjadi pada pasien yang mengalami serangan gout setiap tahun.
Hiperurisemia disebabkan oleh produksi asam urat yang berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat. Asam urat merupakan hasil katabolisme purin yang dikeluarkan dari tubuh melalui urin.
Menurunkan berat badan bila pasien kegemukan; membatasi konsumsi alkohol, sirup tinggi fruktosa, dan makanan tinggi purin, seperti: daging, jeroan (otak, ginjal, hati), sarden, ikan teri, kacang-kacangan.
Strategi pengobatan hiperurisemia seringkali difokuskan untuk membatasi episode akut yang ditandai dengan respon inflamasi sel yang dipicu oleh pengendapan kristal urat.
Dosis
Hari pertama, dosis muatan 1 mg (atau 1,2 mg), diikuti dengan 0,5 mg (atau 0,6 mg) 1 jam kemudian, maksimum total dosis 1,8 mg. Total dosis >1,8 mg/hari dapat diberikan pada pasien yang masih mengalami serangan dengan pemberian Colchicine dosis profilaksis.
Hari kedua dan seterusnya, Colchicine diberikan 0,5 mg, 1 hingga 2 kali sehari sampai gejala teratasi. Beberapa pakar merekomendasikan pemberian dilanjutkan hingga 2-3 hari setelah gejala teratasi. Pada pasien dengan riwayat penggunaan Colchicine sebagai terapi profilaksis, dapat diberikan dosis 0,6 mg 2 kali sehari, total dosis 1,2 mg/hari sejak hari kedua sampai 48 jam setelah gejala teratasi, kemudian dilanjutkan dengan dosis profilaksis 0,5 mg (atau 0,6 mg) 1 hingga 2 kali sehari.
Pemberian NSAIDs dapat dikombinasi dengan Colchicine bila diperlukan, namun dihindari pada pasien dengan gagal ginjal parah. Pemberian kombinasi dengan NSAIDs dapat disertai dengan proton pump inhibitors bila diperlukan.
Contoh: Celecoxib, Etoricoxib, Meloxicam, Diclofenac, Naproxen.
Obat Kortikosteroid dapat diberikan secara intra-articular atau oral. Pemberian secara intravena atau intramuskular terbatas pada pasien yang tidak dapat menerima terapi oral atau intra-articular.
Contoh: Methylprednisolone, Prednisolone
Dosis Prednisolone 30-40 mg/hari diberikan dalam 1 atau 2 dosis terbagi sampai gejala membaik, biasanya 2-5 hari. Lalu diturunkan secara bertahap sesuai toleransi pasien, biasanya 7-10 hari.6
Dosis Methylprednisolone6
Intra-articular bergantung pada ukuran sendi. Pada sendi besar (lutut) 40 mg, sendi sedang (pergelangan tangan, pergelangan kaki, siku) 30 mg, sendi kecil (jari kaki, jari tangan) 10 mg. Pemberian Methylprednisolone intra-articular dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami serangan gout pada 1 atau 2 sendi.
Oral Methylprednisolone digunakan terbatas pada pasien yang tidak dapat menerima kortikosteroid intra-articular. Dosis 24-32 mg/hari diberikan dalam 1 atau 2 dosis terbagi sampai gejala membaik, biasanya 2-3 hari, kemudian dosis diturunkan secara bertahap sesuai toleransi pasien, biasanya 7-10 hari.
Kriteria pemberian ULT1
Rekomendasi Pilihan ULT1,5
Golongan Obat ULT
Bekerja dengan menurunkan produksi asam urat melalui penghambatan pada enzim Xanthine Oxidase yang berperan dalam pembentukan asam urat.
Dosis Allopurinol dimulai dari dosis rendah ≤100 mg/hari atau ≤50 mg/hari pada pasien gagal ginjal kronis. Dosis dapat ditingkatkan 100 mg setiap 2-4 minggu untuk mencapai target nilai asam urat. Maksimum 800 mg/hari.5,6
Dosis Febuxostat dimulai dari dosis ≤40 mg/hari dan dapat ditingkatkan menjadi 80 mg/hari bila belum mencapai target setelah 2 minggu. Jika diperlukan, dosis dapat ditingkatkan menjadi 120 mg/hari.6
Bekerja dengan meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin dengan menghalangi penyerapan kembali asam urat melalui ginjal. Contoh: Probenecid
Dosis Probenecid dimulai dengan dosis rendah 500 mg, 1 hingga 2 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan pasien. [Evidence: Conditionally recommend].
Baca juga mengenai Penanganan Toksisitas Obat https://rkzsurabaya.com/2022/10/14/penanganan-toksisitas-obat/
REFERENSI
1. FitzGerald, J. D. et al. 2020 American College of Rheumatology Guideline for the Management of Gout. Arthritis Care Res. 72, 744–760 (2020).
2. Lohr, J. W. Hyperuricemia Treatment & Management. WebMD LCC https://emedicine.medscape.com/article/241767-treatment (2022).
3. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). Gout : diagnosis and management. Nice Guidel. (2022).
4. Gliozzi, M., Malara, N., Muscoli, S. & Mollace, V. The treatment of hyperuricemia. Int. J. Cardiol. 213, 23–27 (2016).
5. Richette, P. et al. 2016 updated EULAR evidence-based recommendations for the management of gout. Ann. Rheum. Dis. 76, 29–42 (2017).
6. Wolters Kluwer Clinical Drug Information, Lexicomp Application ver 7.3.3 Production. (2023).