Gejala Osteoatritis atau OA adalah gejala dimana kondisi berkurangnya tulang rawan pada area persendian. Perlu diwaspadai, Osteoatritis membuat beban lutut menjadi 3 kali lipat dari berat badan ketika naik tangga, 5 kali ketika turun tangga, dan 7 kali ketika dari posisi jongkok ke berdiri. Tulang rawan sendi lebih cepat rusak jika orang yang berolahraga jongkok berdiri berulang, meski badan tidak masuk dalam kategori gemuk. Memasuki usia degeneratif, secara umum ditandai dengan munculnya keluhan nyeri sendi pada anggota gerak.
Kasus Osteoatritis yang sering dikeluhkan yaitu pada area persendian lutut dan panggul. Pada bagian tersebut merupakan persedian yang menjadi penompang tubuh selain engkel. Menurut dr Stephanus Hendrata Darmadi, SpOT Spesialis Ortopedi RS Katolik St Vincentius a Paulo (RKZ) Surabaya. Osteoatritis sering disebut juga sebagai pengapuran. “Tetapi orang awam seringkali mengira bahwa pengapuran berarti di sekitar sendi terbentuk gumpalan kapur, padahal bukan”, terang dr Stephanus. Kondisi pengapuran, dianalogikan dokter berkacamata ini seperti palu yang dipakai terus-menerus, kelamaan akan melebar ke samping. Terjadinya Osteoatritis dipengaruhi aktivitas kerja dan olah raga berat. Selain itu kondisi badan yang gemuk dan kondisi tulang juga berpengaruh.
Pada orang dengan kondisi tulang berbetuk O dan X, risikonya akan lebih tinggi karena tulang tidak lurus sehingga menyebabkan tulang rawan semakin mudah aus di salah sisi”. Benturan pada tulang karena kehilangan tulang rawan itulah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi.
Beban lutut menjadi 3 kali lipat dari berat badan ketika naik tangga, 5 kali ketika turun tangga, dan 7 kali ketika dari posisi jongkok ke berdiri. “Orang yang berolahraga jongkok berdiri berulang meski badan tidak gemuk, tulang rawan sendi akan lebih cepat rusak”. Osteoatritis pada seseorang terjadi melalui 4 tahapan. Ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Pada tahap ringan dan sedang, masih bisa dilakukan pencegahan dengan olahraga teratur. “Tentunya tidak sembarangan olahraga. Untuk orang yang memiliki keluhan OA, olahraga yang disarankan biasanya renang atau bersepeda”. Olahraga dalam kategori low impact ini tidak akan memberatkan persendian. Sedangkan untuk pengobatan, tindakan yang dilakukan biasanya dengan memberikan glukosamin atau pelumas tulang.
Untuk mengetahui tahapan kondisi tulang rawan, perlu dilakukan foto rontgen. “Foto dilakukan dengan posisi pasien berdiri. Karena kalau tidur, tidak akan kelihatan sejauh mana tulang rawan habis”, ujar dr Stephanus. Apabila Osteoatritis sudah memasuki tahap berat dan sangat berat, pergantian lutut atau panggul disarankan. Total Knee Replacement (TKR) atau Total Hip Replacement (THR) merupakan satu tindakan medis pergantian lutut atau panggul dengan bahan buatan berupa plat. Tujuan pergantian tempurung lutut atau panggul agar pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. “Meski lutut dan panggul sudah diganti, bukan berarti semua aktivitas bisa dilakukan secara bebas”, terang dr Stephanus. Kelemahan menggunakan alat pengganti buatan manusia tentu saja harus dijaga penggunaannya. Apabila banyak digunakan untuk tumpuan lompat, berpotensi lebih cepat rusak. “Kalau pasien pergantian THR pantangannya adalah jongkok atau duduk di bawah karena bisa terlepas”. Pemeriksaan General Check Up perlu dilakukan setiap pasien sebelum melakukan operasi. General Check Up ini berguna untuk mengetahui apakah ada kelainan atau penyakit penyerta lain.
“Kalau memang ada penyakit lain, sebaiknya disembuhkan terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan komplikasi ketika operasi”, dr Stephanus menjelaskan. Disampaikan dokter berkacamata ini, pemulihan pasca operasi terbilang cukup cepat. “Bone cement yang digunakan untuk operasi kering dalam waktu 6 jam saja, jadi kaki sudah bisa dibuat latihan. Tetapi karena otot juga mengalami pembedahan, jadinya sakit”, imbuh dr Stephanus. Secara teori, pada hari pertama pasca operasi pasien bisa langsung latihan duduk atau berdiri. Hari kedua, bisa mulai latihan jalan. “Hari ketiga kalau sudah tidak ada kendala, pasien sudah bisa pulang”, tutur dr Stephanus. Ditambahkan dr Stephanus, masing-masing pasien waktu pemulihan bermacam-macam karena tergantung tingkat ketahanan nyerinya dan juga bagaimana latihannya. Meski secara fungsi lutut dan panggul buatan sudah bisa difungsikan secara normal, namun untuk berolahraga masih terbatas. “Yang disarankan hanya olahraga low impact seperti berenang, bersepeda, atau golf”. Olahraga dengan loncatan tidak disarankan karena berakibat pada kerusakan alat. Alat pengganti lutut atau pinggul secara umum bisa bertahan 15-20 tahun. Ketahanan alat juga bergantung pada penggunaan sehari-hari.
Untuk Informasi seputar Bedah Tulang, konsultasikan dengan Spesialis Bedah Tulang (Ortopedi) RKZ Surabaya
Klinik Spesialis Bedah Tulang (Ortopedi) RKZ Surabaya
Jl. Ciliwung No 42 – Telp : 031 – 2952 450